
'Hidup Baru' di November, Prospek Pasar Obligasi RI Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) melihat pemulihan ekonomi Indonesia masih sangat tertahan di tahun ini, bahkan berpotensi terkoreksi lebih dalam menjadi -1,5%.
Artinya, pemulihan ekonomi Indonesia akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang bisa berbentuk V, malah bisa seperti simbol check list, alias langsung naik tajam setelah berada di titik terbawah.
"Kami melihat bahwa ekonomi Indonesia lebih cenderung mengalami pemulihan "Nike Swoosh" daripada pemulihan berbentuk V," kata Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, dalam World Economic Outlook terbaru IMF yang dikutip Rabu (14/10/2020).
Pada Juni lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,3% pada tahun ini. Dalam laporan Oktober, proyeksinya memburuk menjadi kontraksi -1,5%.
Lantas bagaimanakah pengaruhnya ke pasar obligasi?
Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (13/10/2020), tercatat mayoritas SBN mengalami kenaikan harga, yang tercermin dari tingkat imbal hasil (yield) yang turun.
Artinya, investor sedang giat-giatnya berinvestasi SBN berjangka menengah hingga panjang.
Sedangkan SBN jangka pendek, yakni SBN tenor 1 tahun cenderung dilepas, terindikasi dari penurunan harga dan tercermin dari kenaikan yieldnya. Tercatat yield SBN tenor 1 tahun naik 19,3 basis poin ke level 3,694%.
Sementara itu, yield SBN acuan, yakni SBN tenor 10 tahun turun 1,6 basis poin ke level 6,883% pada penutupan Selasa kemarin.
Yield berbanding terbalik dengan harga SBN, sehingga jika yield SBN turun, maka harga obligasi akan naik. Sebaliknya jika yield naik, maka harga SBN akan turun.
Di tengah perilisan ramalan IMF, tersirat kabar dari vaksin yang menjadi sentimen positif, di mana pemerintah menargetkan bahwa beberapa kandidat vaksin yang tentunya sudah teruji klinis akan dimulai vaksinasi ke masyarakat pada November mendatang.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia optimistis vaksinasi akan dimulai pada November 2020 dengan menggunakan tiga vaksin asal China.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan vaksin Sinovac, CanSino, dan G42/Sinopharm sudah selesai uji klinis fase 3 di beberapa negara dan telah mendapatkan izin emergency use (penggunaan darurat) dari BPOM China.
Khusus vaksin CanSino uji klnis akan selesai September 2020 dan sudah mendapat izin penggunaan darurat dari Pemerintah China dan Kanada. Vaksin ini juga sudah disuntik ke tentara China dan petugas kesehatan.
"Data-data uji klinis sudah ada dan akan ditransfer, BPOM Indonesia akan membuat kajian [berdasarkan] transfer data untuk kemudian memberikan emergency use. Isyaallah akan dapat 100 ribu dosis di minggu ketiga November, artinya sudah jadi tinggal suntikkan. CanSino single dosis, jadi cuma satu kali," jelas Achmad kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/10/2020).
Jumlah orang Indonesia yang divaksin pada November bisa bertambah lagi. Pasalnya, Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi mengungkapkan G42/Sinopharm berkomitmen mengirimkan 5 juta dosis pada November dan Sinovac 1,5 juta dosis.
Vaksin Sinovac dan G42/Sinopharm menggunakan dua dosis vaksin per orang. Artinya akan ada 3,25 juta orang yang mendapatkan vaksin dari Sinovac dan Sinopharm. Secara total akan ada 3,35 juta penduduk Indonesia yang akan divaksinasi pada November.
Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Putranto mengungkapkan pada tahap awal, vaksinasi akan diprioritaskan pada garda terdepan, yakni medis dan paramedik, pelayanan publik, TNI/Polri dan seluruh tenaga pendidik.
"Mereka yang di garda terdepan dan peserta Penerima Bantuan Iuran alias PBI dalam BPJS Kesehatan akan ditanggung biaya vaksinnya oleh Pemerintah," ujar Terawan.
Hal ini diharapkan benar-benar menjadi sentimen yang dapat menggairahkan pasar obligasi, walaupun kandidat vaksin Covid-19 selain dari China hingga kini masih terkendala karena adanya efek samping pada relawan-relawan vaksin tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Beri Ramalan Baik Ekonomi Dunia, Harga SBN Ditutup Turun