Bank Syariah BUMN Dimerger, BCA Syariah Siap Stock Split

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak reli dalam 6 hari beruntun secara akumulatif. Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (12/10/2020), IHSG ditutup menguat 0,78% ke level 5.093,09 poin.
Data perdagangan mencatat, nilai transaksi kemarin mencapai Rp 7 triliun dengan volume 10,22 miliar unit saham dan frekuensi sebanyak 670.279 kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 104,94 miliar.
Beberapa saham-saham yang banyak ditransaksikan adalah BBRI (Bank BRI), BBCA (BCA), TLKM (Telkom), MDKA (Merdeka Copper) dan KAEF (Kimia Farma).
Pelaku pasar tampaknya merespons positif kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mencabut rem darurat dan kembali pada kebijakan PSBB transisi.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan hari ini, Selasa (12/10/2020):
1.Merger BRI Syariah, BNI Syariah & Mandiri Syariah Dimulai!
Tiga bank umum syariah anak usaha BUMN yakni PT Bank BNI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri resmi menjalani proses merger.
Hal ini tertuang dalam sebuah MoU atau Nota Kesepahaman [Conditional Merger Agreement] antara ketiga bank dan induk usahanya masing-masing.
"MoU diteken, ketiga bank syariah tersebut nantinya akan menjalani proses penggabungan," ungkap sumber CNBC Indonesia yang mengetahui penandatanganan MoU tersebut. "Nanti akan ada keterangan resmi," tuturnya lebih jauh.
Dengan adanya penggabungan maka aset dari ketiga bank syariah tersebut melesat. Untuk diketahui, per Agustus 2020, Bank Syariah Mandiri mencatatkan aset Rp 112,1 triliun, BNI Syariah Rp 49,97 triliun, dan BRI Syariah Rp 51,8 triliun.
MoU ini merupakan awal atau kick off dari penggabungan yang merupakan bagian dari sejarah bank syariah di Indonesia.
2. Saham Bank Permata Meroket Ratusan Persen, Ada Apa?
Harga saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) naik cukup signifkan usai pemegang saham perseroan, Bangkok Bank melaksanakan penawaran tender wajib (tender offer).
Sampai dengan sesi pertama perdagangan hari ini, Senin (12/10/2020), saham BNLI naik 24,56% ke level Rp 2.460 per saham dari posisi pembukaan perdagangan di level Rp 2.050 per saham.
Data perdagangan mencatat, BNLI ditransaksikan sebanyak 1.723 kali dengan volume 6,88 juta senilai Rp 16,63 miliar. Dalam sepekan terakhir, saham Bank Permata meroket 110,26%.
Meskipun sudah naik cukup tinggi, otoritas bursa belum meningkatkan status saham BNLI ke saham yang bergerak di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA). CNBC Indonesia juga sudah mengonfirmasi perihal ini kepada Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian S. Manullang, namun belum memberikan respons.
3. Batavia Prosperindo Siap Rights Issue, Bakal Kantongi Rp 1 T
Perusahaan pembiayaan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) siap menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya sebanyak-banyaknya 944.811.694 saham.
Berdasarkan prospektus perusahaan, Senin ini (12/10), saham baru yang akan diterbitkan itu setara dengan sebanyak-banyaknya 34,64% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah PUT (penawaran umum terbatas) IV dengan nilai nominal Rp 100/saham.
Hanya saja, manajemen belum mengungkapkan besaran harga pelaksanaan rights issue ini. Jika mengacu pada harga saham BPFI di level Rp 1.150/saham (harga saham tidak stagnan cenderung tak likuid, tidak ada transaksi), maka dengan asumsi harga itu, perseroan berpotensi meraih dana Rp 1,08 triliun.
4. Genjot Bisnis Udang, JPFA Bentuk JV dengan Perusahaan Belanda
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) akan memperbesar bisnis pembiakan udang. Bisnis ini akan dijalankan oleh anak usahanya PT Suri Tani Pemuka (STP) dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan pembiakan asal di Belanda, Hendrix Genetics Aquaculture BV HGA).
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, untuk menandai kerja sama ini kedua perusahaan telah menandatangani joint venture agreement (JVA). Perusahaan hasil patungan ini akan memiliki dan mengoperasikan pusat pembiakan induk udang (BMC) di Indonesia.
Disebutkan bahwa perusahaan ini nantinya akan memiliki modal Rp 20 miliar. STP akan memiliki kepemilikan sebesar 49% dan menyetorkan Rp 9,8 miliar (US$ 665 ribu), sedangkan HGA akan menyetorkan modal senilai Rp 10,2 miliar (US$ 682 ribu) atau setara dengan kepemilikan 51%.
5.Merger dengan Bank Interim, BCA Syariah Siap Stock Split
Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank BCA Syariah mengumumkan rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split).
Aksi korporasi ini dilakukan seiring dengan rencana penggabungan usaha (merger) dengan Bank Interim Indonesia atau bank yang sebelumnya bernama PT Bank Rabobank International Indonesia yang sudah lebih dulu diakuisisi.
Mengacu prospektus yang dipublikasikan BCA, Senin (12/10/2020), perseroan berencana melakukan pemecahan nilai nominal di mana 1 saham BCAS akan dipecah menjadi 1.000, sehingga nilai nominal saham yang semula Rp 1 juta untuk setiap saham menjadi Rp 1.000 per saham.
Guna memuluskan rencana tersebut, perseroan akan meminta restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
6.2 bulan Lagi! 9 Bank Bermodal Cekak Dikejar Deadline Rp 1 T
Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I atau bank dengan modal inti senilai Rp 100 miliar sampai Rp 1 triliun memiliki waktu hanya sekitar 2 bulan untuk menambah modal guna memenuhi ketentuan modal inti minimum bank umum tahun ini yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 menyebutkan, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.
Berdasarkan data OJK, hingga Desember 2018 ada 115 bank umum. Komposisinya, ada lima bank kategori BUKU IV (modal inti di atas Rp 30 triliun) di Indonesia dan menguasai 51,03% aset perbankan.
Kemudian, bank BUKU III (modal inti antara Rp 5 triliun-Rp 30 triliun) ada 28 bank dengan penguasaan aset 35,23%.Adapun bank BUKU II (modal inti antara Rp 1 triliun-Rp 5 triliun) sebanyak 59 bank dengan pangsa aset 12,65%. Sementara itu, untuk bank BUKU I ada sebanyak 22 bank dan penguasaan aset hanya 1,08%.
7.Pollux Properties Caplok Perusahaan MI di Singapura
Pollux Properties Limited, perusahaan induk PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) milik keluarga pengusaha asal Kalimantan Barat, Po Sun Kok, menambah kepemilikan saham sebesar 49,99% di Stirling Fort Capital Pte Ltd, perusahaan manajer investasi di Singapura.
Nilai akuisisi tambahan tersebut tercatat mencapai S$ 300.000 atau setara dengan Rp 3,30 miliar (kurs Rp 10.865/S$).
Chief Executive Officer Pollux Properties Nico Purnomo Po mengatakan dengan akuisisi ini, Pollux Properties akan memiliki 100% saham di Stirling Fort Capital. Transaksi dilakukan pada 7 Oktober 2020.
Besaran 49,99% itu setara dengan akuisisi sebanyak 285.000 dan 15.000 saham Stirling Fort Capital milik Chan Kah Wai, Elwyn, dan Chia Yew Nguan.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Merger Bank Syariah Milik BUMN, Nilai Asetnya Bisa Rp 207 T
