
IHSG ke Atas 5.100? Bakalan Gampang-gampang Susah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,78% ke 5.093,099 pada perdagangan Senin kemarin (12/10), sehingga memperpanjang reli menjadi 6 hari beruntun sejak pekan lalu. Selama periode tersebut, total penguatan IHSG sebesar 3,38%.
Sementara dari dalam negeri, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang dilonggarkan berpotensi membawa IHSG menguat.
Pemprov DKI Jakarta telah memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Masa Transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan ke depan, mulai tanggal 12 - 25 Oktober 2020.
Dalam PSBB Transisi kali ini, mal diizinkan buka hingga pukul 21:00, dengan kapasitas pengunjung maksimal 50% dari hari normal sebelum PSBB atau sebelum pandemi penyakit virus corona menyerang. Restaurant juga kembaki diizinkan melayani makan di tempat atau dine in.
Taman rekreasi dan pariwisata boleh kembali buka dengan batasan pengunjung maksimal 25% dari kapasitas. Aktivitas dalam ruangan (indoor) dengan pengaturan tempat duduk, misalnya bioskop, sudah bisa dilakukan dengan kapasitas maksimal 25%.
Sementara pada hari ini, Selasa (13/10/2020), IHSG mendapat sentimen positif dari bursa saham AS (Wall Street) yang menguat cukup tajam pada perdagangan Senin waktu setempat.
Penguatan Wall Street membuat bursa saham Asia yang sudah dibuka terlebih dahulu langsung ke zona hijau, dan IHSG berpotensi mengekor.
Selain itu, pelaku pasar juga menanti pengumuman kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) mulai pukul 14:00 WIB. Mengingat perdagangan dalam negeri ditutup pada pukul 15:00 WIB, efek kebijakan BI baru akan terasa maksimal Rabu besok.
Tetapi, dengan sentimen pelaku pasar global yang terlihat membaik, IHSG berpeluang memperpanjang reli menjadi 7 hari beruntun.
Secara teknikal, IHSG semakin menjauhi level psikologis 5.000, sehingga memberikan momentum penguatan.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
IHSG juga berada di dekat rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA 50) yang ditunjukkan garis hijau di kisaran 5.115.
Sementara itu, indikator Stochastic grafik 1 jam juga berada di wilayah overbought, sehingga ada risiko terjadinya koreksi.
Resisten terdekat berada di kisaran 5.100 sampai 5.115 (MA 50 harian). Jika mampu menembus resisten, IHSG berpotensi menguat ke 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu selama tertahan di bawah resisten tersebut IHSG berisiko mengalami koreksi ke 5.075 sampai 5.050, mengingat indikator stochastic yang overbought di grafik harian dan 1 jam.
Penembusan di bawah level tersebut akan membuka membawa IHSG turun lebih dalam menuju level psikologis 5.000.
Membaiknya sentimen pelaku pasar global membuat IHSG terlihat akan mudah melewati 5.100 dan membukukan penguatan 7 hari beruntun, tetapi jika dilihat secara teknikal ada risiko koreksi yang cukup besar, sehingga IHSG dalam kondisi gampang-gampang susah untuk melanjutkan reli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengekor Wall Street & Bursa Asia, IHSG Koreksi Hampir 2%