Internasional

Awas! Singapura Terancam Luka Dalam, Ini Warning Bank Sentral

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 October 2020 07:42
Monetary Authority of Singapore (MAS), Bank Sentral Singapura
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Singapura disebut menghadapi 'luka yang dalam'. Dalam pernyataan yang dikutip Strait Times dari Bloomberg, kepala bank central Singapura mengatakan 20% dari ekonomi negara itu terpukul akibat pandemi virus corona (Covid-19).



"Sekitar 10% sampai 20% ekonomi menghadapi luka akibat virus," tegas Direktur Pelaksana Monetary Authority of Singapore (MAS) Ravi Menon, dalam acara Institute of International Finance, Senin (12/10/2020).



Industri penerbangan dan pariwisata amat mengkhawatirkan. Apalagi dengan pemulihan yang diperkirakan amat lambat.

"Apa yang akan terjadi pada industri itu jika pesawatnya belum terbang, pilotnya belum terbang selama berbulan-bulan?" katanya lagi.

"Ini tidak seperti mengambil cuti setelah dua bulan. Ketika Anda mengambil cuti dua tahun, itu sangat berbeda."



Singapura sebenarnya sudah masuk ke jurang resesi. Resesi adalah negatifnya ekonomi dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.



Ekonomi negeri itu, dalam basis kuartalan (QtQ) minus dua kuartal berturut-turut, di mana kuartal I -3,3% dan kuartal II -42,9%. Ini juga terjadi dalam basis tahunan (YoY), di kuartal I -0,3% sementara di kuartal II 2020 -13,2%. Sedangkan

Diperkirakan sepanjang 2020, ekonomi diramal -5 hingga -7%. Untuk menahan ini, sebelumnya, pemerintah telah mengalokasikan sekitar US$ 100 miliar dalam bentuk stimulus untuk meredam pukulan keras bagi bisnis dan menyelamatkan pekerjaan. 



Meski begitu, Menon mengungkapkan bahwa Singapura sebenarnya belum melihat tingkat krisis sepenuhnya. Ia mengatakan lebih banyak pinjaman buruk dan kebangkrutan yang diperkirakan terjadi hingga awal 2021.

"Saya kira orang-orang mulai membicarakannya, apakah Anda perlu menambah modal baru ... (Ini) Tidak akan mudah di saat seperti ini," ujarnya.

Meski begitu, Menon mengatakan dia melihat banyak perubahan positif dalam ekonomi digital, dan bahwa ada kesadaran yang lebih besar tentang bisnis keberlanjutan.

"Lucunya, pandemi telah membuat kita semua lebih sensitif dan sadar betapa rentannya kita terhadap kekuatan alam," katanya.


(sef/sef) Next Article Terancam Resesi, Ekonomi Singapura Diramal -7%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular