
Top Markotop! IHSG Menguat 6 Hari Beruntun, Dekati 5.100

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin (12/10/20) ditutup di zona hijau 0,75% di level 5.091,64 dampak dari dilepasnya 'rem darurat' PSBB Jakarta oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.
Dengan kenaikan ini IHSG telah naik selama 6 hari berturut-turut secara akumulatif sejak pekan lalu, dengan total kenaikan 3,36%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 2 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7 triliun, kembali meningkat dari transaksi hari-hari sebelumnya yang hanya berkisar di angka Rp 6 triliun.
Tercatat 266 saham terapresiasi, 168 saham terdepresiasi, sisanya 164 saham stagnan.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan jual bersih sebesar Rp 54 miliar dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 38 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) dengan beli bersih sebesar Rp 24 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 180 miliar.
Keputusan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang mengakhiri penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat menjadi pemicu melesatnya IHSG.
Mulai hari ini, Jakarta kembali ke masa PSBB Transisi di mana 'keran' aktivitas masyarakat kembali dibuka secara bertahap.
Contoh, restoran, rumah makan, dan kafe kini sudah boleh menerima pengunjung untuk makan-minum di tempat (dine-in) dengan kapasitas maksimal 50%.
Sementara taman rekreasi dan pariwisata boleh kembali buka dengan batasan pengunjung maksimal 25% dari kapasitas. Aktivitas dalam ruangan (indoor) dengan pengaturan tempat duduk, misalnya bioskop, sudah bisa dilakukan dengan kapasitas maksimal 25%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Oktober 2020. Suku bunga acuan akan diumumkan esok hari.
Konsensus sementara yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warijyo dan kolega masih akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4%. Adalah rupiah yang akan membuat BI ragu-ragu menurunkan suku bunga acuan.
Mata uang Tanah Air memang cenderung menguat akhir-akhir ini. Namun itu terjadi setelah melalui kuartal III-2020 yang 'berdarah-darah'. Selama Juli-September 2020, rupiah ambles 4,65% di hadapan dolar AS. Rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000