Naik 3 Hari Beruntun, Kurs Dolar Singapura Akhirnya Lemas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 October 2020 11:57
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura akhirnya melemah di awal perdagangan Senin (12/10/2020) setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun.

Pergerakan dolar Singapura melawan rupiah masih dipengaruhi sentimen pekan lalu, dari serangkaian data ekonomi dari Indonesia, serta Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker).

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura melemah 0,29% ke Rp 10.811,91/SG$ di pembukaan perdagangan hari ini, setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun dengan total penguatan 0,48%.

Beberapa data ekonomi dari dalam negeri pekan lalu dirilis mengecewakan yang memberikan tekanan bagi rupiah.

Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (6/10/2020) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,9.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.

Kali terakhir IKK berada di atas 100 adalah pada Maret 2020 dan pada April 2020 sempat berada di titik terendah sejak 2005. Selepas itu IKK mulai membaik dengan kenaikan selama tiga bulan beruntun. Namun pada September 2020 laju kenaikan itu terhenti, IKK kembali terkoreksi.

Sehari setelahnya, BI melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu sebesar US$ 135,2 miliar. Anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 137 miliar yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Penurunan cadangan devisa pada September 2020, lanjut keterangan BI, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Terakhir Kamis kemarin BI merilis data penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2020 tumbuh negatif 9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), meski membaik dibandingkan Juli 2020 yang terkontraksi 12,3% YoY. Pada September 2020, BI memperkirakan IPR masih mengalami kontraksi 7,3% YoY.

Meski demikian, rupiah punya "kuncian" untuk menguat lagi, yakni Undang-undang Cipta Kerja yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin sore pekan lalu. Sehari setelahnya rupiah langsung menguat 0,75% melawan dolar Singapura.

Tetapi pengesahan UU Ciptaker memicu demonstrasi selama 3 hari di berbagai wilayah di dalam negeri, bahkan berakhir dengan kerusuhan pada Kamis pekan lalu. Hal tersebut membuat efek UU Ciptaker menjadi tidak terlihat.

Kini dengan situasi dalam negeri yang sudah kondusif, rupiah perlahan kembali ke jalur penguatan. UU Ciptaker dianggap mampu mengubah iklim investasi di dalam negeri yang dapat menarik aliran modal masuk ke dalam negeri. Capital inflow tersebut tentunya akan menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular