Internasional

Gawat! Erdogan 'Selingkuh', Turki Kena Sanksi AS?

sef, CNBC Indonesia
09 October 2020 08:00
FILE PHOTO: U.S. President Donald Trump and Turkish President Tayyip Erdogan gesture as they talk at the start of the NATO summit in Brussels, Belgium July 11, 2018.  REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki bakal kena sanksi Amerika Serikat (AS). Washington Rabu (7/10/2020) mengeluarkan teguran keras ke Turki karena nekad menguji sistem rudal S-400 yang dibeli dari Rusia.

Pasalnya Turki adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini membuat berang AS dan sekutu NATO lainnya.

"Kami sangat prihatin dengan laporan Turki melanjutkan upayanya untuk membawa S-400 ke dalam operasi," kata Departemen Luar Negeri AS, ditulis CNBC International, Jumat (9/10/2020).

"Kami terus menekan pada level tertinggi bahwa transaksi S-400 tetap jadi hambatan utama dalam hubungan bilateral dan di NATO, ... ada risiko potensi ... sanksi."

Aksi 'selingkuh' Erdogan ke Rusia ini membuat mata uang Turki turun ke level terendah dalam sejarah pada Kamis (8/10/2020) akibat hal ini. Di mana dolar AS dibeli 7,942 lira pada sore hari di Istanbul.

Ini merupakan tekanan terbaru dalam lebih dari dua tahun depresiasi yang konsisten terhadap mata uang Turki. Melorotnya Lira juga disebut terkait erat keterlibatan Ankara dalam banyak konflik geopolitik termasuk Libya dan Nagorno-Karabakh, sengketa sumber daya Mediterania timur.

"Ankara kini berada di tempat yang sulit. Tidak memiliki jalan keluar yang mudah untuk ke manapun karena takut terlihat lemah di dalam negeri atau internasional," ujar ekonom Economist Intelligence Unit,
Agathe Demarais.

"Mungkin, akan ada sedikit kemungkinan, Turki berusaha meredakan ketegangan dalam konflik yang ia menjadi pemain utamanya. Pada gilirannya, ini memang membawa volatilitas ke lira."

Sebelumnya ketegangan dengan AS sempat membuat lira 'hancur' di masa lalu, termasuk saat Turki resesi di 2018. Saat perbaikan di 2020 mulai terjadi, virus corona menyerang dan membuat ekonomi sulit.

"Di bawah pemerintahan Biden (bila Pemilu dimenangkan dari Presiden AS Donald Trump) AS juga diperkirakan akan mengambil sikap lebih keras ke Turki," ujarnya lagi.

"Jika AS melakukan sanksi, krisis 2018 akan berulang dan Turki nampaknya akan gagal melakukan pemulihan ekonomi pasca-corona."

Bukan Sekedar Geopolitik
Sementara itu, Ekonom Senior Handelsbanken Macro Research di Stockholm Erik Meyersson mengatakan sebenarnya masalah keuangan Turki lebih dalam. Ini terkait sejauh mana perubahan negara itu.

"Dengan kata lain sejauh mana negara tersebut menjadi lebih otoriter," katanya.

Hal ini terlihat dari intervensi pemerintah pada kebijakan bank sentral. Tekanan Presiden Erdogan membuat lembaga keuangan terbebani dan gamangnya investor.

"Badan ekonomi tidak otonom dalam menetapkan kebijakan ekonomi yang lebih luas ... terlalu fokus pada pertumbuhan jangka pendek yang didorong oleh kredit dibandingkan dengan upaya yang lebih struktural untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang, "kata Meyersson.

Sebelumnya bank sentral Tukri menaikkan suku bunga utamanya pada akhir September dari 8.25% ke 10,25%. Ini bertentangan dengan seruan Erdogan yang meminta suku bunga rendah.



(sef/sef) Next Article Top Erdogan! Turki Temukan Sumber Daya Gas di Laut Hitam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular