
Garudafood Tambah Utang Sindikasi Rp 2,6 T, Buat Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumen milik keluarga taipan Indonesia, Sudhamek, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) mendapatkan fasilitas kredit sindikasi sebesar Rp 2,66 triliun dari sejumlah bank Indonesia dan bank global.
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan fasilitas kredit ini akan digunakan untuk pengembangan usaha dan entitas anak, dan untuk keperluan refinancing atas utang yang dimiliki perseroan.
Dalam perjanjian pinjaman yang diberikan tanpa jaminan atau agunan (clean basis) ini, DBS Bank Ltd, PT Bank DBS Indonesia, Bank BTPN Tbk (BTPN), Citigroup Global Markets Asia Limited, dan PT Bank HSBC Indonesia bertindak sebagai mandated lead arrangers and bookrunners.
Kemudian, DBS Bank Ltd dan Bank DBS Indonesia bertindak sebagai koordinator.
Sementara itu, Bank DBS Indonesia, BTPN, Citibank NA Jakarta Branch, Bank HSBC Indonesia sebagai original lender, dan Bank DBS Indonesia sebagai facility agent.
"Pinjaman memiliki jangka waktu 60 bulan terhitung sejak tanggal penarikan awal fasilitas pinjaman," katanya, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis (8/10/2020).
"Perolehan pinjaman akan menunjang secara langsung pengembangan usaha perseroan dan entitas perseroan dari waktu ke waktu," katanya.
Dari sisi kinerja, GOOD) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang semester pertama 2020.
Laba periode berjalan GOOD anjlok sebesar 49,78% atau hampir 50% menjadi Rp 115,04 miliar dari periode sama di tahun sebelumnya Rp 229,06 miliar.
Penurunan signifikan ini juga berimbas terhadap laba per saham dasar yang turun menjadi Rp 17,48 per saham dari periode Juni tahun lalu Rp 29,57 per saham.
Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan, penjualan bersih perseroan turun sebesar 8,43% menjadi Rp 3,91 triliun dari sebelumnya Rp 4,27 triliun.
Namun, beban pokok penjualan berhasil ditekan turun menjadi Rp 2,79 triliun dari sebelumnya Rp 2,94 triliun.
Sementara itu, ekuitas perusahaan di 6 bulan pertama ini turun 6,22% menjadi Rp 2,59 triliun dari posisi Desember 2019 Rp 2,76 triliun.
Adapun, liabilitas GOOD justru naik 25,32% menjadi Rp 2,87 triliun dari akhir tahun 2019 sebesar Rp 2,29 triliun.
Dengan demikian, aset perseroan sampai Juni ini sebesar Rp 5,46 triliun, naik tipis dari 31 Desember 2019 Rp 5,06 triliun.
Dalam penjelasannya di laman keterbukaan informasi BEI, manajemen Garudafood mengakui terdampak dari pandemi Covid-19 yakni adanya pembatasan operasional di kantor pusat dan entitas anak perseroan di Jakarta selama lebih dari 3 bulan.
Namun tidak ada PHK dan dampak status lainnya misalnya pemotongan gaji karyawan.
Adapun jumlah pegawai tetap dan tidak tetap perusahaan berkurang menjadi 10.772 orang dari Desember 2019 sebanyak 12.078 orang.
Sebelumnya, GOODÂ tengah memproses rencana mengambilalih sebagian saham PT Mulia Boga Raya Tbk. (KEJU), emiten produsen keju Prochiz, dari pemilik individualnya.
Perseroan sudah menandatangani Nota Kesepahaman dalam rangka rencana pengambilalihan saham KEJU tersebut sebanyak 825 juta milik para penjual yang merupakan 55% dari seluruh saham yang dikeluarkan KEJU.
Namun belum diungkap berapa harga penjualan tersebut. Jika mengacu pada harga rata-rata saham KEJU pada perdagangan Kamis (17/9/2020) Rp 1.218/saham, nilai akuisisi itu berpotensi senilai Rp 1 triliun.
"Apabila diselesaikan [transaksi jual beli ini] maka akan mengakibatkan perubahan pengendali pada Mulia Boga Raya," kata Paulus Tedjosutikno, dalam keterbukaan informasi di BEI, Jumat (18/9/2020).
Adapun, perseroan membeli saham KEJU dari pemegang saham individual yakni Lie Po Fung, Sandjaya Rusli, Berliando Lumban Toruan, Agustini Muara, Marcello Rivelino dan Amelia Fransisca.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stimulus Modal Kerja, Kunci Kebangkitan Dunia Usaha
