Analisis Teknikal

Pegangan Guys! IHSG Bakal Jatuh Lagi di Sesi II

Tri Putra, CNBC Indonesia
07 October 2020 13:03
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (7/10/20) dibuka merah 0,45% di level 4.976,56.

Setelah sempat liar dan naik ke zona hijau sebanyak 2 kali pada awal perdagangan sesi pertama, IHSG akhirnya ditutup sementara minus 0,63% di level 4.967.

Penurunan hari IHSG hari ini dampak dari demonstrasi dan mogok kerja buruh yang berlarut-larut akibat disahkanya Omnibus Law dan negosiasi paket stimulus di Amerika Serikat (AS) yang disetop Presiden AS, Donald Trump.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 346 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 13,7 triliun.

Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia dilaporkan turun pada September 2020 dibandingkan sebulan sebelumnya. Penurunannya pun cukup dalam, nyaris US$ 2 miliar.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu sebesar US$ 135,2 miliar. Anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 137 miliar. Meskipun turun angka ini lebih baik daripada konsensus yang memperkirakan angka cadangan devisa bakal di level US$ 134,1 miliar.

Selanjutnya aksi demo di beberapa tempat yang memanas dan mogok nasional masih akan membagikan sentimen negatif bagi investor.

Efek jangka panjang UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Ciptaker) untuk sementara tertunda oleh efek jangka pendek penolakan buruh. 

Proyeksi IHSG Sesi II 7 Oktober 2020/Tri PutraFoto: Proyeksi IHSG Sesi II 7 Oktober 2020/Tri Putra
Proyeksi IHSG Sesi II 7 Oktober 2020/Tri Putra

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang cenderung stagnan maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.005. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 4.942.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 51, yang menunjukkan belum adanya indikator jenuh beli akan tetapi pergerakan RSI terkonsolidasi turun setelah menyentuh level jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikator MACD di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk turun.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang terkonsolidasi turun.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular