
Emas Kembali ke Atas US$ 1.900/troy ons, Borong atau Jual?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Harga emas dunia bergerak turun naik di awal pekan kemarin, sebelum berakhir menguat 0,75% ke US$ 1.912,89/troy ons berdasarkan data Refinitiv. Indeks dolar AS yang kemarin melemah 0,35% menjadi pemicu penguatan emas dunia.
Pada hari ini, Selasa (6/10/2020), pada pukul 16:33 WIB, emas masih stagnan di level US$ 1.912,86/troy ons, meski sebelumnya sempat turun ke US$ 1.905,7/troy ons.
Dolar AS terkena pukulan ganda dari membaiknya sentimen pelaku pasar, serta ekspektasi cairnya stimulus fiskal.
Kondisi kesehatan Presiden AS, Donald Trump, yang membaik setelah terinfeksi virus corona menjadi pemicu membaiknya sentimen pelaku pasar. Saat sentimen pelaku pasar membaik, investor cenderung mengalirkan investasinya ke aset-aset berisiko, dolar AS menjadi tak menarik.
Sementara itu, jika stimulus fiskal di AS cair, maka jumlah uang beredar akan semakin besar, dan nilai dolar AS pun turun. Stimulus ini juga memberikan efek ke berbagai aset, dolar AS melemah, saham menguat, dan emas juga melesat.
Stimulus fiskal, begitu juga dengan stimulus moneter merupakan "bahan bakar" bagi emas untuk melesat di tahun ini.
Pada pekan lalu, House of Representative (DPR) sudah meloloskan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun.
Meski demikian, paket stimulus tersebut harus lolos lagi di Senat agar bisa cair. Paket stimulus tersebut di ajukan oleh Partai Demokrat yang menguasai DPR AS, sehingga bisa lolos dengan mudah. Tetapi Senat AS dikuasai oleh Partai Republik, sehingga masih menjadi tanda tanya apakah stimulus tersebut pada akhirnya akan cair atau kembali mandek.
Namun kemarin, Ketua DPR AS yang juga berasal dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi mengatakan negosiasi sudah menunjukkan kemajuan.
"Mungkin akan ada kesepakatan yang lebih kecil, dimana Pelosi dan Partai Republik akan sepakat, dan saya pikir stimulus akan memberikan keuntungan bagi emas," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di FJO Futures, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (5/10/2020).
"Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran bank sentrala AS (The Fed), bersama dengan suku bunga bunga rendah the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas" kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.
Melek menambahkan, dengan melewati level psikologis US$ 1.900/troy ons yang menjadi resisten, emas secara teknikal kini berpeluang naik lebih tinggi lagi.
