
DPR Heran, Jiwasraya Disuntik Rp22 T, BUMN Farmasi Cuma Rp2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Komisi VI DPR RI menyoroti besaran Penyertaan Modal Negara (PMN) yang rencananya akan diberikan kepada sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun depan, khususnya kepada PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Tahun depan, rencananya pemerintah akan memberikan PMN Rp 12 triliun kepada PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) atau Bahana dan tahun 2022 sebesar Rp 10 triliun.
Jadi total PMN demi penyelamatan Jiwasraya mencapai Rp 22 triliun, lebih besar dari alokasi semula yang disebutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Rp 20 triliun.
Dengan dana suntikan kepada Bahana tersebut, maka akan dibentuk perusahaan asuransi jiwa baru bernama IFG Life di bawah kendali Bahana sebagai Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan.
Sorotan ini mengemuka juga pada PMN buat perusahaan BUMN farmasi yang disebutkan hanya mendapat sebesar Rp 2 triliun.
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron dari Fraksi Demokrat mempertanyakan bagaimana bisa perusahaan yang 'dirampok' oleh para oknum, justru bisa diberikan dana lebih besar oleh negara ketimbang dengan BUMN yang tengah berjibaku menyediakan obat dan vaksin untuk Covid-19 yang justru diberikan PMMN sangat kecil.
"Ini Jiwasraya engga ada hubungan sama Covid-19 dapat PMN Rp 22 triliun. Sementara Bio Farma untuk penanganan Covid-19 dengan menyediakan vaksin hanya dapat Rp 2 triliun doang," kata Herman dalam Rapat Kerja dengan BUMN Farmasi, Senin (5/10/2020).
"Maksud saya kalau PMN ke BUMN lebih besar, mereka bisa menyajikan obat dengan harga lebih murah dan terjangkau."
"Tapi BUMN yang 'dirampok' dikasih besar, sementara BUMN yang berjibaku memenuhi kebutuhan vaksin anggarannya kecil. Saya sebagai wakil rakyat miris hati saya," lanjutnya.
Dia mengatakan, jika BUMN farmasi mendapatkan PMN yang lebih besar maka nilai ekonomisnya nanti juga akan kembali ke negara dalam bentuk dividen yang lebih baik pula.
"Perusahaan dibutuhkan oleh rakyat tapi kok anggaran negara kecil. Padahal kalau dipenuhi bisa lindungi rakyat dari ancaman Covid-19," tegas dia.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (3/9/2020), Menteri BUMN Erick Thohir sempat mengusulkan PMN senilai Rp 1 triliun pada tahun depan untuk PT Bio Farma (Persero), Holding BUMN Farmasi yang membawahi PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA).
Erick Thohir mengatakan perusahaan farmasi BUMN perlu untuk memiliki bahan baku dari dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor, salah satunya adalah bahan baku masker yang saat ini filternya masih diimpor dari luar negeri.
"Nah Bio Farma sendiri anggarannya kan kita masker, tapi di dalamnya bahan itunya masih impor. kita mengajukan kalau bisa bikin pabrik aja, nggak usah impor," kata Erick.
Terkait dengan PMN Jiwasraya ini didasarkan pada hasil rapat panitia kerja (Panja) pada 1 Oktober pekan lalu. Keputusan PMN Rp 22 triiun ini telah disepakati bersama oleh Panja Komisi VI DPR RI dengan Kementerian BUMN, manajemen Jiwasraya dan Bahana.
"Dalam usaha melaksanakan restrukturisasi tersebut akan diberikan penambahan modal kepada BPUI sebesar yang diajukan akan dibahas, Rp 12 triliun pada tahun anggaran 2021, untuk tahap pertama. Kemudian Rp 10 triliun pada tahun 2022," kata Arya Bima, Ketua Rapat Panja Asuransi Jiwasraya, di kawasan DPR RI, Kamis (1/10/2020).
Dana tersebut akan diberikan kepada BPUI sebagai perusahaan holding perasuransian dan penjaminan pelat merah sebagai modal pembentukan perusahaan asuransi baru, IFG Life.
Perusahaan ini nantinya ditujukan untuk menampung nasabah-nasabah Jiwasraya yang bersedia direstrukturisasi polisnya.
Untuk itu, pemerintah bersama dengan manajemen Jiwasraya telah mempersiapkan skema restrukturisasi polis ini. Restrukturisasi ini akan ditawarkan kepada nasabah Jiwasraya baik pemegang polis tradisional maupun JS Saving Plan.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BSI Gelar Pameran Industri Halal, Danantara Ungkap Potensi Besar RI