Sama-sama Jual Obat Corona, Apa Beda Punya KAEF, INAF & KLBF?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 October 2020 09:26
Infografis: Hampir 100 Ribu Kasus, Adakah Vaksin Obat Corona?
Foto: Infografis/Hampir 100 Ribu Kasus, Adakah Vaksin Obat Corona?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan di bawah holding farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut ambil andil dalam penyediaan obat untuk terapi Covid-19. Penyediaan ini terus dilakukan sejak awal pandemi hingga saat ini dan terus bertambah jumlah obat yang disediakan.

Paling baru, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) bakal menjual Favipiravir dan Remdesivir.

Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan jenis obat Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid-19, sudah dapat diproduksi sendiri oleh perusahaan. Obat ini telah mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta akan didistribusikan ke seluruh layanan kesehatan sesuai dengan regulasi Pemerintah.

Melalui anak usahanya, PT Phapros Tbk (PEHA), juga telah memproduksi juga beberapa obat untuk penanganan Covid-19 antara lain Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin, Favipiravir, Dexamethasone dan Methylprednisolon.

"Kimia Farma juga memproduksi beberapa multivitamin penambah daya tahan tubuh seperti Vitamin C (tablet dan injeksi), Becefort, Fituno dan Geriavita sebagai tambahan produk untuk menjaga daya tahan tubuh," kata Verdi dalam siaran persnya, dikutip Senin (5/10/2020).

Selanjutnya, Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan siap memasarkan Remdesivir dengan merk dagang Desrem. Obat ini diproduksi Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.

Selain itu, INAF juga memproduksi Oseltamivir 75gr Caps yang merupakan antiviral unggulan yang saat ini telah menjadi rujukan sebagai protokol pengobatan Covid-19 di berbagai Rumah Sakit.

Oseltamivir 75 gr Caps merupakan produk yang telah memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri senilai 40.06%. Produksi obat ini mencapai 4,9 juta kapsul per-bulan, sehingga diharapkan dapat mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

"Produk yang akan kami pasarkan dalam waktu dekat adalah Desrem Remdesivir Inj 100mg, yang telah mendapatkan persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia dan telah disetujui oleh BPOM melalui penerbitan Nomor Izin Edar yang sudah diterbitkan pada tanggal 30 September 2020," jelas Arief.

"Desrem Remdesivir Inj 100mg akan mulai dipasarkan pekan depan, merupakan obat yang digunakan untuk penggunaan pada pasien rawat inap Covid-19 dalam kondisi sedang-berat. Kemudian untuk ketersediaan stok untuk bulan ini, sudah ada sebanyak 400.000 vial dengan harga yang tentunya terjangkau oleh masyarakat," lanjutnya.

Sementara itu, induk perusahaan farmasi BUMN PT Bio Farma (Persero) mengambil posisi sebagai produsen vaksin.

Sampai dengan akhir September 2020 yang lalu, terdapat 1319 relawan sudah mendapatkan suntikan pertama, 656 relawan sudah mendapatkan suntikan kedua, dan 244 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca suntikan kedua.

Hingga saat ini belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat vaksin atau vaksinasi.

"Bergabungnya entitas BUMN farmasi dalam suatu naungan holding, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam percepatan penanggulangan pandemi Covid-19 di Indonesia, baik dari sisi pencegahan melalui penyediaan vaksin, penanganan melalui pengobatan dan pemberian multivitamin, maupun melalui penyediaan alat kesehatan," kata Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma.

Sementara itu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama PT Amarox Global Pharma (Amarox) sudah lebih dahulu menjual remdesivir. Resminya mulai 1 Oktober 2020.

Kalbe kemudai menurunkan harga COVIFOR (Remdesivir) di Indonesia, dari awalnya Rp 3 juta per vail merespons masukan dari pemerintah, tenaga kesehatan dan pasien


Kalbe Farma dalam pernyataan resminya, menyatakan penyesuaian harga ini sejalan dengan komitmen Kalbe bersama Amarox untuk mendukung pemerintah mengatasi pandemi Covid-19 dan mempertimbangkan semakin banyak pasien yang mendapat manfaat obat COVIFOR untuk penyembuhan penyakit Covid-19.

Harga produk COVIFOR yang diproduksi oleh Hetero India, diimpor oleh Amarox dan dipasarkan serta didistribusikan oleh Kalbe ini sebelumnya diumumkan Rp. 3,000,000,- per vial, disesuaikan menjadi Rp.1,500,000,- per vial, atau turun 50%.

"Hetero menyadari dampak pandemic Covid-19 yang luas, terutama terkait beban biaya bagi pemerintah dan pasien, maka Hetero memberikan lebih banyak dukungan dan memberikan harga khusus COVIFOR untuk Indonesia," kata Sandeep Sur, Country Manager PT Amarox Global Pharma.

Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius menambahkan penyesuaian harga COVIFOR disebabkan dengan mempertimbangkan beberapa kondisi saat ini seperti perkembangan kasus covid-19 di Indonesia, kebutuhan terhadap pengobatan covid-19 menggunakan obat COVIFOR yang besar, masukan dari pemerintah, tenaga kesehatan dan pasien, dan semakin banyak pasien yang mendapatkan manfaat obat COVIFOR untuk penyembuhan penyakit covid-19.

"Setelah diskusi bersama antara Kalbe, Hetero India dan Amarox, kami sepakat untuk memberikan harga jual khusus COVIFOR," katanya.

"Hal ini merupakan komitmen Kalbe bersama Amarox untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi pandemik covid-19," tambahnya.

Emergency Use Authorization (EUA) produk COVIFOR (Remdesivir) adalah untuk pengobatan pasien penyakit Covid-19 yang telah terkonfirmasi di
laboratorium terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kg) yang dirawat di rumah sakit. Jadi produk COVIFOR tidak dijual bebas, hanya digunakan di rumah sakit dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular