Apes Bener! Dolar Lagi Ambrol, Rupiah Malah Dibuang Investor

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 October 2020 11:03
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang utama Benua Kuning ditutup menguat terhadap dolar AS pekan ini, tak terkecuali rupiah. Sejatinya dolar AS memang sedang loyo minggu ini. 

Kabar seputar paket stimulus Covid-19 senilai US$ 2,2 triliun yang mulai menemukan titik terang serta posisi dolar yang sudah sempat menguat tajam membuatnya melorot. 

Hal tersebut tercermin dari penurunan indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang lainnya. Ketika dolar AS melemah tentu ada mata uang lain yang menguat lantaran nilai tukar diperdagangkan berpasangan. 

Di antara mata uang yang menguat adalah mata uang Benua Asia. Dolar Taiwan menjadi mata uang berkinerja terbaik sepekan dengan apresiasi terhadap dolar AS sebesar 1,14%.

Sementara untuk mata uang Benua Asia yang bisa dibilang berkinerja terburuk adalah mata uang Filipina yang justru melemah 0,02% terhadap dolar AS ketika yang lain menguat.

Lantas di mana posisi rupiah? Mata uang Tanah Air tersebut ternyata juga menguat terhadap dolar AS. Namun apresiasinya tergolong relatif tipis jika dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Pada periode 25 September - 2 Oktober 2020, nilai tukar rupiah menguat 0,1% terhadap dolar AS di pasar spot. Kemarin untuk US$ 1 dibanderol Rp 14.830, membaik dibandingkan dengan posisi penutupan pasar pekan lalu di Rp 14.845/US$.

Rupiah memang belum bisa berlari kencang seperti mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS. Sentimen negatif masih menyelimuti mata uang Garuda, terutama soal perkembangan Covid-19 di dalam negeri.

Tren penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terus menanjak hingga saat ini, memberikan terkanan bagi rupiah. Bahkan, penambahan kasus perharinya masih cenderung tinggi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus baru Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 4.317 orang, berdasarkan data per hari ini. Jumlah kasus baru tersebut membuat akumulasi kasus positif menjadi 295.499 orang.

Akibat tren penambahan kasus yang masih menanjak, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terus berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia. Di DKI Jakarta, sebagai pusat perekonomian Indonesia bahkan kembali menerapkan PSBB yang lebih ketat dalam 3 pekan terakhir.

Alhasil, roda bisnis berputar dengan lambat, dan perekonomian Indonesia pasti mengalami resesi di kuartal III, hanya seberapa dalamnya yang masih menjadi misteri. Di kuartal II-2020 lalu, perekonomian Indonesia minus 5,32% year-on-year (YoY).

Perekonomian Indonesia terancam gagal bangkit di kuartal IV-2020 jika tren penambahan kasus Covid-19 belum mampu diredam, dan PSBB yang ketat terus berlangsung.

Hal tersebut membuat pelaku pasar saat ini mengambil posisi short (jual) terhadap rupiah. Hasil survei 2 mingguan Reuters menunjukkan posisi short tersebut naik nyaris 2 kali lipat dibandingkan 2 pekan lalu.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah. Begitu juga sebaliknya, angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (1/10/2020) kemarin menunjukkan angka 0,61. Dua pekan lalu, hasil survei menunjukkan angka 0,39, berbalik cukup signifikan dibandingkan hasil survei sebelumnya -0,19. Sebelum angka negatif tersebut, dalam 4 survei sebelumnya dirilis positif.

Survei yang dilakukan Reuters tersebut konsisten dengan pergerakan di tahun ini. Selama periode aksi "buang" rupiah pada 4 survei itu, Mata Uang Garuda mengalami pelemahan 2,68%. Sementara saat investor mengambil posisi long (beli) dengan angka survei -0,19, rupiah menguat tipis 0,07%.

Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi short (jual) rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor.

Memasuki bulan April, rupiah perlahan menguat dan hasil survei Reuters menunjukkan posisi short rupiah semakin berkurang, hingga akhirnya investor mengambil posisi long mulai pada 28 Mei lalu. Alhasil rupiah membukukan penguatan lebih dari 15% sejak awal April hingga awal Juni.

Kini dengan investor kembali mengambil posisi jual, rupiah tentunya berisiko kembali melemah.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan investor melakukan mengambil posisi jual rupiah akibat kekhawatiran akan revisi undang-undang BI, membuat bank sentral tidak lagi independen, dan rentan mengalami intervensi yang bersifat politis.

Bank investasi Societe Generale dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters memprediksi rupiah akan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia di semester II tahun ini. Sebagai aset dengan imbal hasil tinggi, rupiah masih akan dikalahkan oleh rupee India meski yield yang diberikan lebih rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular