Madrid Lockdown Lagi, Rupiah Wajib Hati-hati

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2020 10:12
Ribuan Bendera Kenang Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Spanyol
Foto: Ribuan Bendera Kenang Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Spanyol (AP Photo/Manu Fernandez)

Rupiah memang patut waspada karena dolar AS sedang mencoba bangkit. Pada pukul 09:21 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,14%.

Maklum, mata uang Negeri Paman Sam sudah lama tertekan. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index masih minus 0,85%. Bahkan dalam tiga bulan terakhir koreksiya mencapai lebih dari 3%.

Pelaku pasar kembali ke mode risk on karena khawatir dengan perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama di Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 1 Oktober mencapai 5.937.969 orang. Bertambah 61.811 orang (1,05%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (18 September-1 Oktober), rata-rata tambahan pasien positif corona adalah 63.125 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 48.284 orang.

Lonjakan kasus corona membuat pemerintah terpaksa kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing), bahkan sampai memberlakukan karantina wilayah (lockdown). Terbaru, Kota Madrid kembali menerapkan lockdown yang berarti 3 juta penduduk ibu kota Spanyol dilarang keluar rumah kecuali untuk urusan yang penting. Restoran dan bar juga wajib tutup lebih awal, dari awalnya pukul 01:00 menjadi pukul 23:00.

Menurut catatan WHO, Madrid adalah zona merah (hotspot) paling parah di Eropa dengan 859 kasus per 100.000 penduduk. "Wilayah ini tidak akan membangkang, kami mematuhi aturan," ujar Isabel Diaz-Ayuso, Pemimpin Regional Madrid, seperti diberitakan Reuters.

Kalau penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin mengkhawatirkan, maka tidak tertutup kemungkinan akan semakin banyak wilayah menerapkan kebijakan serupa. Lockdown, 'keran' aktivitas masyarakat lagi-lagi ditutup.

Ketika semakin banyak wilayah yang memberlakukan lockdown, maka ekonomi tidak akan bergerak. Resesi semakin sulit untuk diakhiri. Ini yang membuat pelaku pasar (dan dunia) menjadi cemas. Sebab resesi bukan sekadar angka, dia merangkum penderitaan jutaan rakyat yang menjadi pengangguran baru sehingga menambah jumlah penduduk miskin.

Oleh karena itu, wajar investor tetap memilih untuk berhati-hati. Sikap kehati-hatian ini akan membuat arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang menjadi seret, termasuk ke Indonesia. Jadi rupiah tetap wajib waspada.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular