
Dolar AS "Dibully" Habis Mata Uang Asia-Eropa di Kuartal III

Nilai tukar yuan menjadi juara di Asia, begitu juga euro juara di Eropa. Kunci penguatan tersebut adalah kesuksesan meredam penyebaran Covid-19.
China, negara asal Covid-19 sudah sejak bulan Maret berhasil meredam penyebaran virus tersebut. Berdasarkan data Worldometer, sejak bulan Mei lalu, rata-rata penambahan kasus per 7 hari tidak pernah lebih dari 100 orang. Alhasil, hingga saat ini, total jumlah kasus di China sebanyak 85.414 orang, dengan 4,634 orang meninggal dunia, dan 80.594 sembuh. Artinya jumlah kasus yang aktif hanya 186 orang.
Bandingkan dengan Amerika Serikat yang hingga saat ini jumlah kasusnya mencapai 7,45 juta orang.
Sukses mengendalikan Covid-19, perekonomian China pun bangkit, produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2020 tumbuh 3,2% year-on-year (YoY), sementara di kuartal sebelumnya negatif 6,8%.
Bagaimana dengan perekonomian AS? negatif 31,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), sementara di kuartal I-2020 mengalami kontraksi 5%. Negeri Adi Kuasa resmi mengalami resesi.
Eropa sebenarnya juga sudah sukses meredam penyebaran Covid-19, yang membuat nilai tukar euro menjadi juara dunia. Tanda-tanda kebangkitan ekonomi pun sudah mulai terliha dari sektor manufaktur yang kembali berekspansi.
Sayangnya, belakangan ini kembali terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19, yang membuat pembatasan sosial yang lebih ketat kembali diterapkan di beberapa negara. Pemulihan ekonomi zona euro terancam mengalami pelambatan.
Selain peningkatan kasus Covid-19, penguatan euro juga mulai digoyang oleh para pejabat bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB). Anggota dewan ECB, Ignazio Visco mengatakan penguatan euro merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan, dan ECB perlu bertindak jika inflasi menjadi rendah dan semakin menjauhkannya dari target bank sentral.
"Penguatan euro mengkhawatirkan bagi kami karena memberikan tekanan bagi harga saat inflasi sudah rendah," kata Visco yang juga gubernur bank sentral Italia, sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (27/9/2020).
Visco juga membantah pendapat anggota dewan terbelah terkait penguatan euro, ia menegaskan apa yang dikatakannya sepemikiran dengan anggota dewan lainnya.
"Implikasi kebijakan moneter sudah jelas, jika penurunan inflasi merusak target kami, kami harus melakukan intervensi," tambahnya.
Alhasil, euro mengalami koreksi di bulan September, memangkas penguatannya sepanjang kuartal III-2020.
Meski demikian, Gubernur ECB, Christine Lagarde, saat mengumumkan kebijakan moneter pada 10 September lalu terlihat masih belum terganggu dengan penguatan euro. Lagarde mengatakan tidak menargetkan nilai tukar euro ada di posisi berapa.
"Dewan Gubernur mendiskusikan apresiasi euro, tapi seperti anda ketahui kami tidak mentargetkan nilai tukar. Tapi kami akan memantau hal tersebut dengan cermat," kata Lagarde.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]