Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (30/9/2020), setelah nyaris sepanjang perdagangan berada di zona merah. Pelaku pasar berfokus pada debat pertama calon presiden AS yang berlangsung pagi tadi.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,13% di level Rp 14.825/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung melemah hingga 0,26% ke Rp 14.884/US$.
Setelahnya, rupiah mampu menipiskan pelemahan dan berada di level Rp 14.850/US$ nyaris sepanjang perdagangan. Beberapa saat sebelum penutupan, rupiah akhirnya mampu menguat tipis 0,03% di Rp 14.840/US$.
Sejak awal pekan, rupiah selalu mengakhiri perdagangan tipis-tipis, 0,03%. Pada hari Senin rupiah melemah dengan persentase tersebut, kemarin kebalikannya, menguat 0,03% begitu juga hari ini.
Mata uang utama Asia hari ini bergerak bervariasi melawan dolar AS, sehingga penguatan rupiah bisa dikatakan cukup bagus. Ya, penguatan meski tipis tetap harus disyukuri, apalagi jika mampu konsisten terus menguat walau tipis-tipis tentunya akan menjadi bagus, ibarat pepatah "dikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit".
Hingga pukul 15:06 WIB, rupee India menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,1%. Sementara peso Filipina menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,21%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.
Indeks dolar AS yang kembali menguat memberikan tekanan bagi rupiah. Sore ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik 0,1% setelah melemah 2 hari beruntun dengan total 0,79%.
Debat pertama calon presiden AS antara petahana Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat, berlangsung pad dilakukan Selasa (29/9/2020) pukul 21.00 malam waktu setempat atau Rabu (30/9/2020) pagi pukul 8.00 WIB.
Setidaknya ada enam topik bahasan, mulai dari rekam jejak kedua kandidat, posisi Hakim Agung AS, pandemi corona (Covid-19), kesetaraan ras, perbaikan ekonomi, dan integritas pemilu di masyarakat.
Sebelum debat tersebut dimulai, Joe Biden dijagokan untuk memenangi pemilu presiden (Pilpres) 3 November mendatang, dengan keunggulan 6,1% poin dari Trump, berdasarkan hasil survei RealClearPolitics.
Meski demikian, sesuai debat, gambaran siapa yang paling unggul masih belum jelas. Pasar masih diliputi ketidakpastian, sehingga dolar AS kembali menguat.
"Ini menjadi malam yang panjang, banyak yang haris dicerna oleh para investor," kata Daniel Deming, direktur pelaksana di KKM Financial, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Volatilitas jangka pendek tidak akan hilang setelah debat ini. Bahkan, debat tersebut menimbulkan lebih banyak ketidakpastian," katanya.
Ketidakpastian adalah musuh utama investor, saat pasar dipenuhi ketidakpastian risk appetite akan menurun. Terbukti, indeks Dow Jones futures melemah hingga 200 poin yang menjadi indikasi risk appetite sedang memburuk.
Saat kondisi tersebut terjadi, dolar AS tentu saja jauh lebih diuntungkan ketimbang rupiah.
Sementara itu kabar bagus datang dari China yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang mampu dipertahankan setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur China bulan September sebesar 51,5, naik dari bulan sebelumnya 51.
China menjadi contoh negara yang sudah mampu meredam penyebaran Covid-19 akan bisa segera bangkit.
Berbagai sentimen tersebut mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini hingga kembali menguat tipis 0,03%.
TIM RISET CNBC INDONESIA