
Awas! Emas Bisa Ambrol di Bawah US$ 1,800 Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali melemah pada perdagangan Senin (28/9/2020), setelah merosot 4,6% sepanjang pekan lalu. Tekanan bagi emas di pekan ini masih belum berakhir, meski dikatakan belum merubah outlook jangka panjang.
Pada pukul 17:03 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.851,71/troy ons, melemah 0,46% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Logam mulia ini berada di level terendah dalam lebih dari 2 bulan terakhir.
"Jika tidak mampu bertahan di atas support di kisaran US$ 1.840/troy ons, emas bisa turun jauh ke bawah US$ 1.800/troy ons sebelum tren penurunan berakhir," kata Suki Cooper, analis logam mulia di Standar Chartered, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (25/9/2020).
Menurut Suki jika US$ 1.840/troy ons ditembus, maka emas berisiko turun ke US$ 1.760/troy ons, yang merupakan level terendah awal Juli lalu. Ketika itu terjadi maka emas akan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Sementara itu, direktur trading global Kitco Metals, Peter Hug, mengatakan ketidakpastian pemilu presiden (Pilpres) AS, penyebaran virus corona serta pemulihan ekonomi dunia membuat investor memilih memegang uang tunai yang memicu volatilitas tinggi di semua pasar.
Menurut Hug, banyak investor sudah cuan di emas dan saham dengan nilai yang cukup besar, ketika mereka mulai khawatir akan peningkatan ketidakpastian mulai dari Pilpres AS, penyebaran virus corona gelombang kedua, hingga pemulihan ekonomi, maka reaksi alami yang dilakukan adalah mencairkan semua investasi ke uang tunai.
Menurut Hug, support terdekat emas berada di level US$ 1.850/troy ons, selanjutnya di US$ 1820/troy ons. Sementara resisten berada US$ 1.975/troy ons, menurutnya emas berpotensi ke US$ 1.900/troy ons jika pasar saham sudah stabil atau menguat.
Tetapi, meski emas turun hingga US$ 200, outlook jangka panjang masih bullish (tren naik) untuk jangka panjang.
"Meski emas turun US$ 200, bukan berarti tren bullish berakhir. Jika Pilpres AS berjalan normal, bank sentra AS mempertahankan suku bunga rendah hingga 2023 dan bank sentral Eropa kembali menyuntikkan likuiditas di pasar, saya bullish terhadap emas," kata Hug.
