Arah Ekonomi Singapura Belum Jelas, Dolarnya Diam di Tempat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 September 2020 14:43
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

dolarJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Senin (28/9/2020). Sejak pekan lalu, Mata Uang Negeri Merlion ini pergerakannya juga di situ-situ saja, sebab data ekonomi Singapura masih fifty-fifty alias ada yang bagus, ada yang mengecewakan. 

Pada pukul 13:10 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.785,88, menguat 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu, dolar Singapura melemah 0,48%, dalam 5 hari perdagangan melemah sebanyak 3 kali dan 2 kali menguat. Tetapi jika dilihat, rentang pergerakannya hanya di kisaran Rp 10.753,78 sampai Rp 10.861,23/SG$, rentang pergerakan yang tipis.

Data dari Singapura yang dirilis bervariasi pada pekan lalu menjadi salah satu pemicu sempitnya pergerakan dolar Singapura.

Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) pada Rabu (23/9/2020) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kembali menunjukkan deflasi. IHK inti dilaporkan -0,3% year-on-year (YoY) di bulan Agustus, dari bulan sebelumnya -0,4% YoY.

Dengan demikian, Singapura sudah mengalami deflasi dalam 7 bulan beruntun, menjadi yang paling parah dalam 2 dekade terakhir.

IHK yang masih terus menurun memberikan gambaran roda perekonomian masih berputar dengan lambat di Negeri Merlion, sehingga pemulihan ekonomi dari resesi akibat pandemi Covid-19 kemungkinan akan berlangsung lama.

MAS memprediksi sepanjang tahun ini IHK inti akan berada di kisaran -1% sampai 0%.

Sementara itu pada Jumat (25/9/2020), Badan Pengembangan Ekonomi Singapura hari ini melaporkan produksi industri melesat 13,7% YoY di bulan Agustus, setelah mengalami penurunan 7,6% YoY di bulan sebelumnya.

Produksi industri tersebut bahkan sudah menurun dalam 3 bulan beruntun, akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Kenaikan produksi industri di bulan Agustus jauh di atas konsensus Trading Economics sebesar 4,6% YoY.

Badan tersebut mengatakan pertumbuhan tajam tersebut didorong oleh sektor elektronik, dengan penguatan menguat 44,2% YoY. Jika tidak memasukkan sektor biomedis yang volatil, produksi industri bahkan mencatat kenaikan 15,3% YoY.

Disisi lain, rupiah tertekan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Tetapi proyeksi tersebut lebih buruk dari sebelumnya. 

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular