Rupiah Rawan Terguncang, Melemah Menuju Rp 15.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 September 2020 13:18
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak bolak-balik antara penguatan dan pelemahan hingga pertengahan perdagangan Senin (28/9/2020). Rupiah juga sempat kembali ke atas Rp 14.900/US$, sebelum berayun di zona hijau dan merah.

Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka menguat tipis 0,03% ke Rp 14.845/US$, tetapi tidak lama langsung melemah hingga 0,46% ke Rp 14.914/US$. Setelahnya, rupiah terus bolak-balik di antara Rp 14.840 sampai 14.850/US$.

Sentimen pelaku pasar global yang membaik membuat rupiah mampu menguat tipis-tipis. Membaiknya sentimen tersebut terlihat dari penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu, yang diikuti mayoritas bursa utama Asia hari ini.

Tetapi dengan kondisi perekonomian global yang kembali dipenuhi ketidakpastian akibat peningkatan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di beberapa negara-negara Eropa membuat dolar AS kembali lebih unggul.


Pada Rabu pagi waktu Indonesia, Donald Trump (Partai Republik) dan Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) akan diadu di debat perdana calon presiden Negeri Paman Sam. Investor (dan seluruh dunia) tentu akan menunggu apa saja visi-misi yang dibawa oleh kedua calon.Selain itu, Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS yang akan berlangsung pada awal November nanti mulai menjadi perhatian.

"Pemilu AS, stimulus, dan pemulihan ekonomi. Kalau itu tidak berjalan baik, maka di pasar akan terjadi flight to safety. Arus modal akan bergerak ke dolar AS," kata JB Mackenzie, Managing Director of Futures and Forex di TD Ameritrade, seperti dikutip dari Reuters.

Akibat kembali meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi para pelaku pasar yang sebelumnya mengambil posisi jual (short) dolar AS kini disebut mulai menutup posisinya, yang menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS.

"Penguatan dolar AS merefleksikan ditutupnya posisi short dolar. Ada 2 penyebabnya, naiknya riil yiled Treasury AS dan sentimen alih risiko pelaku pasar," kata Tatsuya Chiba, manajer trading forex di Mitsubishi UFJ Trust Bank.

Selain itu, di pekan ini Amerika Serikat banyak merilis data yang akan menunjukkan kinerja perekonomian, sehingga pelaku pasar masih wait and see. Dampaknya, dolar AS pun tak mampu menguat tajam melawan rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular