Merosot Nyaris 3%, Dolar Australia Kini Naik ke Rp 10.472

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 September 2020 12:47
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

lar Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (28/9/2020), setelah merosot nyari 3% sepanjang pekan lalu. Kemerosotan tajam tersebut memicu koreksi teknikal yang membuat dolar Australia mampu menguat hingga pertengahan perdagangan hari ini.

Pada pukul 11:12 WIB, AU$ setara Rp 10.472,59, dolar Australia menguat 0,39% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dolar Australia sepanjang pekan lalu terpukul hebat, meski rupiah juga tidak dalam kondisi bagus.

Angin bagi dolar Australia berbalik di pekan lalu, padahal pada 15 September dolar Australia masih digdaya, menyentuh level Rp 1.0891,86/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak November 2018.

Buruknya kinerja dolar Australia terjadi akibat adanya ekspektasi suku bunga di Australia kembali dipangkas. Ekspektasi tersebut muncul setelah wakil gubernur bank sentral Australia (Reserve bank of Australia/RBA), Guy Debelle berbicara Selasa pagi pekan lalu waktu setempat.

"Bank sentral sedang mempertimbangkan beberapa opsi termasuk intervensi mata uang dan penerapan suku bunga negatif untuk mencapai target inflasi dan pasar tenaga kerja," kata Debelle sebagaimana dikutip ABC, Selasa (22/9/2020).

Suku bunga RBA saat ini sebesar 0,25%, selain itu bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut juga menerapkan program pembelian aset (quantitative easing/QE) untuk pertama kalinya dalam sejarah. QE dilakukan dengan membeli obligasi pemerintah tenor 3 tahun, dan menjaga yield-nya di kisaran 0,25%.

Analis dari Westpac Bank, Bill Evans memprediksi pada 6 Oktober nanti RBA akan memangkas suku bunga menjadi 0,1% dari saat ini 0,25%. Sementara target yield obligasi tenor 3 tahun juga dipangkas menjadi 0,1% dari 0,25%.

"Debelle memberikan sinyal yang jelas jika anggota dewan sedang mempersiapkan pemangkasan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya saat Rapat Dewan Gubernur Oktober nanti." Kata Evans sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (23/9/2020). 

Selain memangkas suku bunga dan menurunkan target yield obligasi tenor 3 tahun, Evans juga memprediksi RBA akan melakukan pembelian obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga dan perluasan QE tersebut terus menjadi penekan utama dolar Australia, dan kemungkinan masih akan terus berlanjut sampai RBA mengumumkan kebijakan moneter awal bulan depan.

Sementara itu rupiah sejak pekan lalu tertekan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Tetapi proyeksi tersebut lebih buruk dari sebelumnya.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.

Dua sentimen tersebut masih mempengaruhi pergerakan dolar Australia melawan rupiah, tetapi penurunan tajam pada pekan lalu membuat mata uang Negeri Kanguru ini menguat di awal pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular