
Corona AS Tak Terbendung, Wall Street Terjun

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham di Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup turun pada perdagangan Rabu (23/9/2020). Kejatuhan terjadi akibat kurangnya kabar baik yang mampu menopang pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 525,05 poin lebih rendah atau turun 1,9% menjadi 26.763,13. Di awal sesi, Dow naik 176 poin. Sementara itu, S&P 500 anjlok 2,4% menjadi 3.236,92 dan Nasdaq Composite merosot tajam sebesar 3% untuk ditutup menjadi 10.632,99.
"Investor dicambuk oleh berita utama Covid yang bertentangan dan debat pertumbuhan vs. siklus," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge dalam sebuah catatan. "Hasilnya adalah sentimen yang memburuk pada pertumbuhan dan siklus untuk saat ini (yang jelas berarti saham akan dijual secara luas)."
Wabah virus corona (Covid-19) di seluruh dunia memang belum terkendali. Bahkan beberapa negara, termasuk AS, terus melaporkan pertumbuhan jumlah kasus baru harian yang pesat.
Saat ini AS masih memiliki kasus corona terbanyak dibandingkan negara manapun. Ada 7.135.588 kasus corona di AS, di mana 206.482 orang meninggal dunia dan 4.384.267 orang sembuh.
Selain dari dunia kesehatan, harga saham juga tertekan akibat buruknya kinerja saham-saham teknologi. Itu karena kejatuhan harga saham yang cukup besar terjadi di sektor teknologi, di mana saham Amazon dan Netflix masing-masing anjlok 4,1% dan 4,2%, penurunan terbesar di antara saham "Big Tech". Facebook turun 2,3%. Alphabet turun 3,5%. Apple juga turun 4,2% dan Microsoft merosot 3,3%.
Harga saham Tesla juga anjlok parah, turun sebesar 10,3% setelah Elon Musk menyampaikan prediksi soal pengiriman baru untuk tahun 2020 dan merinci desain baterai baru yang dia klaim akan membuat produksi mobil Tesla lebih murah. Harga saham juga di bawah tekanan setelah Tesla menuntut pemerintah AS untuk membatalkan tarif pada China.
Selama bulan September ini, S&P 500 telah turun 7,5%, dan Dow turun 5,9%. Di sisi lain, Nasdaq telah turun 9,7% selama periode waktu yang sama.
"Rotasi dari teknologi dan ke dalam saham siklus telah meningkat pada bulan September," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di National Securities.
"September adalah bulan yang secara historis sulit dan yang ini telah menjadi badai angin sakal. Hari ini mencerminkan hal itu."
(res/res) Next Article Khawatir Soal Corona, Wall Street Ditutup di Zona Merah
