
Penawaran di Lelang SUN Turun Lagi, Tanda Apa Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Selasa (22/9/2020) kemarin, pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) kembali melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN).
Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 20 triliun. Sedangkan penawaran yang masuk sebesar Rp 46,12 triliun dan pemerintah memenangkan Rp 22 triliun.
Dalam lelang SBSN sebelumnya, penawaran yang masuk tercatat Rp 52,26 triliun, alias terjadi penurunan jumlah penawaran dibandingkan lelang sebelumnya. Penurunan minat SUN ini sudah terjadi 2 kali sejak pelelangan pada tanggal 25 Agustus lalu.
Mengapa hal ini terjadi, sepertinya investor kurang tertarik berinvestasi di SBSN karena investor menilai pasokan SBSN akan melimpah.
Tanggal | Penawaran masuk (Rp triliun) | Target indikatif (Rp triliun) |
8/9/20 | 52,16 | 8 |
22/9/20 | 46,12 | 8 |
Perubahan | 6,04 | - |
Sumber: DJPPR
Sebelumnya, seperti diberitakan Reuters, investor asing kemungkinan tidak akan masuk ke pasar keuangan Indonesia jika pasar surat utang Indonesia tidak memberikan imbal hasil lebih besar. Selain itu, asing juga ingin melihat itikad pemerintah untuk tidak memaksa Bank Indonesia untuk membeli surat utang jangka panjang, kata fund manager.
Biasanya investor asing bisa mendapatkan yield 7% atas surat utang Indonesia. Namun saat ini imbal hasil tersebut semakin turun sejak asing keluar dan kempelikan berkurang serta tercatat terendag dalam satu dekade, per Agustus.
Arus dana masuk semacam itu penting bagi Indonesia karena berupaya mendanai program pemerintah untuk memerangi virus korona dan memulai kembali ekonomi yang melemah oleh pembatasan global dan domestik selama berbulan-bulan.
Namun rancangan amandemen UU BI yang diajukan DPR bulan ini, dimana Menteri bisa mempengaruhi strategi BI untuk membantu mendanai defisit anggaran, dipertanyakan para investor asing.
RUU tersebut masih dalam tahap awal dan pembahasan bisa memakan waktu berbulan-bulan. Sementara politisi telah mengecilkan ancaman terhadap independensi bank, mereka juga mengatakan langkah dalam RUU untuk menjamin akan membantu membeli hutang pemerintah dalam keadaan darurat adalah mungkin.
"Sejak arus keluar yang sangat besar kami melihat pasca lonjakan awal Covid-19 ... arus benar-benar sangat lesu dalam hal minat asing untuk obligasi Indonesia," kata Stuart Ritson, manajer portofolio utang pasar berkembang di Aviva Investors.
Selain itu, Ramalan Menteri Keuangan terkait Indonesia akan resesi membuat investor berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia, terutama investasi surat-surat utang.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ramalan yang mengerikan terjadi di kuartal III-2020.
"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).
Pada di kuartal II 2020, ekonomi juga minus 5,32%. Jika terjadi dua kuartal berturut-turut ekonomi negatif atau kontraksi maka Indonesia masuk resesi.
Kode | yield lelang 8 September 2020 (%) | yield lelang 22 September 2020 (%) | Perubahan |
FR0086 | 5,419 | 5,520 | 10,1 |
FR0087 | 6,736 | 6,800 | 6,4 |
FR0080 | 7,384 | 7,360 | -2,4 |
FR0083 | 7,420 | 7,410 | -1,0 |
FR0076 | - | 7,420 | 742 |
TOTAL | 26,959 | 34,510 | 755,1 |
Sumber: DJPPR
Sedangkan dari tingkat yield-nya SUN jenis obligasi negara, rata-rata mengalami penguatan. Hanya beberapa yang mengalami penurunan seperti FR0080 yang bertenor 15 tahun dan FR0083 berjatuh tempo 20 tahun.
Sedangkan berdasarkan porsi kepemilikan asing, per 18 September (MtD) asing memiliki SUN sebesar Rp 914,57 triliun. Artinya, sejak tanggal 11 September 2020, Asing telah melepas SUN dibuktikan dengan penurunan kepemilikan asing.
Penurunan kepemilikan asing di SUN menandakan bahwa investor asing mulai tidak tertarik dengan SUN yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Selain alasan karena yang akan datang jumlahnya melimpah, kondisi perekonomian Indonesia yang entah kapan pulih membuat investor asing juga mulai enggan mengoleksi SUN.
Kasus Covid-19 yang terus menerus bertambah hingga per harinya mencetak rekor membuat perekonomian Indonesia masih diambang kegelapan. Hal itu membuat Indonesia semakin yakin akan masuk jurang resesi pada kuartal III/2020 ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lelang SUN Perdana 2021, Pemerintah Berhasil Raup Rp 97,2 T
