
Awas! Tembus US$ 1.900/Troy ons, Harga Emas Bisa Longsor

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah tajam pada perdagangan Senin (21/9/2020), setelah sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 0,42%. Meski membukukan penguatan mingguan tetapi jika melihat ke belakang secara teknikal logam mulia ini sebenarnya berada dalam tren penurunan.
Pada pukul 16:46 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.930,13/troy ons, melemah 1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 9 September lalu.
Bos bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan berbicara di sejak awal pekan ini hingga Kamis nanti akan menjadi salah satu penggerak utama emas.
Pada pekan lalu, bos The Fed, Jerome Powell mengumumkan akan mempertahankan suku bunga <0,25% hingga tahun 2023.
Powell hari ini akan berbicara secara daring pukul 21:00 WB, bersama anggota komite pembuat kebijakan moneter lainnya (FOMC). Kemudian, Powell juga akan memberikan testimoni di hadapan Kongres (Parlemen) AS pada Selasa hingga Kamis nanti.
Pada Selasa waktu Washington, Powell akan memberikan paparan di House of Representatives Financial Services Committee, kemudian sehari sesudahnya di House of Representatives Select Subcommittee, lalu esok harinya lagi di Senate Banking Committee.
Jika Powell kembali menegaskan suku bunga akan ditahan hingga 2023, dolar AS tentunya akan terus tertekan, dan akan menjadi keuntungan bagi emas.
Di pekan ini emas dunia memang diramal akan kembali menguat, hal itu ditunjukkan oleh Kitco yang melakukan survei mingguan terhadap analis di Wall Street dan juga di pasar (Main Street).
Dari 14 analis Wall Street yang disurvei, 7 orang (50%) punya pandangan bullish terhadap emas. Sebanyak enam responden (43%) beranggapan harga emas bakal sideways (neutral) dan hanya satu orang yang berpandangan bahwa harga emas akan turun (bearish).
Hasil survei terhadap analis Wall Street sedikit berbeda dengan jawaban responden Main Street. Dari 1.367 responden yang ikut voting secara daring (online) ada 60% responden yang menjawab harga emas naik pekan ini, 21% netral dan sisanya 18% bearish.
Salah satu profesional Wall Street yang bullish terhadap emas adalah George Gero, Managing Director dari RBC Wealth Management. Meski ia melihat prospek emas masih positif tapi harga tak akan berbalik ke arah US$ 2.000/troy ons dalam waktu dekat.
Sementara itu, Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank dalam laporan yang dikutip Kitco memprediksi emas akan turun ke US$ 1.900/troy ons.
Hati-Hati Emas Bisa Longsor ke US$ 1.728/Troy Ons.
Potensi penurunan emas di pekan ini memang masih di kisaran US$ 1.900/troy ons. Tetapi jika level tersebut berhasil dijebol, harga emas berisiko longsor.
Hal ini terlihat dari pola Descending Triangle pada grafik harian. Batas bawah pola ini berada di kisaran US$ 1.900/troy ons, sementara titik tertingginya di US$ 2.072. Sehingga lebarnya pola Descending Triangle (garis hijau) sebesar US$ 172.
Jika batas bawah pola ini di kisaran US$ 1.900/troy ons ditembus secara konsisten, emas berisiko turun tajam selebar Descending Triangle (US$ 172). Artinya, target penurunan jika batas bawah tersebut ditembus yakni di US$ 1.728/troy ons.
![]() Foto: Refinitiv |
US$ 1.900/troy ons merupakan level psikologis, sehingga perlu tenaga yang ekstra agar bisa mampu menembus dengan konsisten. Apalagi indikator Stochastic sedang menuju wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya jika emas mencapai oversold, maka ada potensi berbalik naik.
Jadi, jika batas bawah pola Descending Triangle gagal ditembus dengan konsisten, emas berpeluang rebound ke level psikologis US$ 2.000/troy ons.
Jika level psikologis tersebut ditembus dan bertahan di atasnya, emas berpeluang melesat juga hingga US$ 172, sehingga berpotensi memecahkan rekor tertinggi baru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
