
Sudah Menguat 5 Hari Beruntun, Rupiah bisa ke Rp 14.470/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah membukukan penguatan 5 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (21/9/2020). Dolar AS yang sedang tertekan berhasil dimanfaatkan oleh rupiah untuk terus menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah pada perdagangan hari ini menguat 0,27% ke Rp 14.690/US$. Sementara dalam 5 hari terakhir, total penguatan rupiah sebesar 1,14%.
Dolar AS tertekan setelah Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pekan lalu mengumumkan akan mempertahankan suku bunga <0,25% hingga tahun 2023.
Bos The Fed, Jerome Powell, yang akan berbicara secara daring hari ini pukul 21:00 WB, bersama anggota komite pembuat kebijakan moneter lainnya (FOMC) membuat pelaku pasar berhati-hati dan untuk sementara menjauhi dolar AS.
Tidak hanya hari ini, Powell juga akan memberikan testimoni di hadapan Kongres (Parlemen) AS pada Selasa hingga Kamis nanti.
Pada Selasa waktu Washington, Powell akan memberikan paparan di House of Representatives Financial Services Committee, kemudian sehari sesudahnya di House of Representatives Select Subcommittee, lalu esok harinya lagi di Senate Banking Committee.
Jika Powell kembali menegaskan suku bunga akan ditahan hingga 2023, dolar AS tentunya akan terus tertekan.
Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu lama artinya yield berinvestasi di obligasi (Treasury) AS menjadi sangat rendah, bahkan bisa negatif jika memperhitungkan inflasi. Sehingga berinvestasi di AS menjadi kurang menguntungkan, dampaknya dolar AS jadi kurang bertenaga.
Perbedaan yield tersebut kian terasa ketika disandingkan dengan obligasi Indonesia. Yield obligasi tenor 10 tahun hari ini berada di level 6,877% sementara Treasury tenor yang sama di level 0,6626%. Ada selisih lebih dari 6%.
Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan pada pekan lalu membuat selisih yield tersebut masih tetap terjaga.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%," papar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam keterangan usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2020, Kamis (17/9/2020).
"Keputusan ini konsisten dengan perlunya menjaga stabilitas eksternal, di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah. Bank Indonesia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19," ujarnya.
Perry mengatakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada September ini dengan mempertimbangkan berbagai hal mulai dari inflasi hingga sistem keuangan baik di domestik maupun global.
"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah," ujar Perry melalui konferensi pers virtual, Kamis (17/9/2020).
