
Duh! Kurs Dolar Australia Diramal Terus Menguat hingga 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan stagnan melawan rupiah pada perdagangan Senin (21/8/2020).
Banyak yang memprediksi dolar Australia masih akan terus menguat, khususnya melawan dolar AS, bahkan hingga tahun 2021. Ketika dolar Australia menguat melawan dolar AS, rupiah pun berisiko tertekan.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 14:13 WIB, dolar Australia menguat 0,4% ke US$ 0,7318 di pasar spot. Sementara melawan rupiah mata uang Negeri Kanguru ini stagnan di Rp 10.732,47/AU$.
Salah satu yang memprediksi dolar Australia akan terus menguat yakni ahli strategi forex senior di Westpac, Sean Callow.
Melansir Financial Review, Callow memprediksi dolar Australia akan menguat melawan dolar AS dan menyentuh level US$ 0,75 di akhir tahun nanti atau menguat sekitar 2,5% dari level saat ini. Sementara di akhir 2021, ia meramal dolar Australia berada di level US$ 0,8 menguat nyaris 10% dari level saat ini.
Penguatan harga komoditas dikatakan menjadi penopang penguatan dolar Australia.
"Komoditas memberikan menjadi fundamental yang kuat (menopang penguatan dolar Australia) ketimbang dolar AS yang sedang lesu. Harga komoditas sudah menguat tajam, dan pemulihan ekonom China terlihat berada pada jalur yang tepat," kata Callow.
Pemulihan ekonomi China menjadi pemicu penguatan harga komoditas, sebab permintaan impor menjadi meningkat.
Salah satu komoditas yang permintaannya meningkat yakni bijih besi. Komoditas ekspor utama Australia ini, harga bijih besi naik nyaris 34% sepanjang tahun ini ke atas US$ 125/ton yang merupakan level tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Bijih besi berkontribusi sebesar 15% dari total ekspor Australia.
Selain itu, emas dunia yang juga mencetak rekor tertinggi memberikan sentimen positif ke dolar Australia. Emas merupakan komoditas terbesar ke-enam Australia, berkontribusi sekitar 4,8% dari total ekspor.
Saat harga komoditas-komoditas tersebut menguat, pendapatan Australia akan meningkat dan menopang penguatan mata uangnya.
Sementara itu, bank sentral AS (The Fed) yang mengatakan akan mempertahankan suku bunga <0,25% hingga 2023 juga berperan membawa dolar Australia terus menguat.
"Perbedaan suku bunga menjadi penggerak yang penting bagi mata uang, outlook suku bunga rendah di AS dalam waktu yang cukup lama akan membebani dolar AS," kata Kim Mundy, ahli strategi forex di Commonwealth Bank, sebagaimana dilansir Finansial Review.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
