Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun ruiah mampu masih menguat di perdagangan pasar spot, meski apresiasinya menipis.
Pada Kamis (17/9/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.878. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.800 di mana rupiah menguat 0,17%.
Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,3% di hadapan greenback. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus meski tidak sampai merah.
Apresiasi rupiah terjadi kala mata uang Asia lainnya cenderung melemah terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya rupee India dan dolar Taiwan yang menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengumumkan hasil rapat bulanan. Suku bunga acuan dipertahankan di 0-0,25%, seperti ekspektasi pasar.
Berdasarkan dot plot terbaru, kemungkinan Federal Funds Rate baru akan dinaikkan pada 2023. Seperti yang pernah disebutkan Ketua Jerome 'Jay' Powell, ekonomi AS butuh suku bunga rendah dalam waktu yang agak lama untuk memerangi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
 Federal Open Market Committee |
Suku bunga rendah membuat imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi minim, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Hari ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 0,6789%, turun 0,81 basis poin (bps) dibandingkan hari sebelumnya. Dengan inflasi AS yang sampai Agustus ada di kisaran 1% year-on-year (YoY), keuntungan riil yang didapat investor menjadi negatif.
Ini membuat berinvestasi di obligasi pemerintah Indonesia semakin menarik. Saat ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun ada di 6,938%. Inflasi domestik pada Agustus adalah 1,32% YoY, sehingga imbalan riil yang diterima investor adalah 5,618%. Menarik bukan?
Faktor ini yang membuat rupiah masih bisa menguat. Arus modal yang masih mengalir ke pasar keuangan Indonesia, terutama ke SBN, membuat rupiah punya cukup energi untuk bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA