
Menguat Saat Dolar AS Perkasa, Rupiah Layak Dapat Bintang!

Dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengumumkan hasil rapat bulanan. Suku bunga acuan dipertahankan di 0-0,25%, seperti ekspektasi pasar.
Berdasarkan dot plot terbaru, kemungkinan Federal Funds Rate baru akan dinaikkan pada 2023. Seperti yang pernah disebutkan Ketua Jerome 'Jay' Powell, ekonomi AS butuh suku bunga rendah dalam waktu yang agak lama untuk memerangi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
![]() |
Suku bunga rendah membuat imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi minim, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Hari ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 0,6789%, turun 0,81 basis poin (bps) dibandingkan hari sebelumnya. Dengan inflasi AS yang sampai Agustus ada di kisaran 1% year-on-year (YoY), keuntungan riil yang didapat investor menjadi negatif.
Ini membuat berinvestasi di obligasi pemerintah Indonesia semakin menarik. Saat ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun ada di 6,938%. Inflasi domestik pada Agustus adalah 1,32% YoY, sehingga imbalan riil yang diterima investor adalah 5,618%. Menarik bukan?
Faktor ini yang membuat rupiah masih bisa menguat. Arus modal yang masih mengalir ke pasar keuangan Indonesia, terutama ke SBN, membuat rupiah punya cukup energi untuk bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
