Analisis Teknikal

Sesi II IHSG Bakal Lesu & Lemah, Butuh Kejutan dari BI

Tri Putra, CNBC Indonesia
16 September 2020 13:22
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan sesi pertama Rabu (16/9/2020), setelah pelaku pasar memperkirakan bank sentral bakal mempertahankan suku bunga acuan meski risiko resesi kian besar. Pada sesi II, koreksi IHSG diperkirakan akan menyempit.

IHSG pada sesi pertama berakhir melemah 0,7% atau 37,7 poin ke 5.063,134, melanjutkan pelemahan pada sesi pembukaan sebesar 0,14% di level 5.108,12. Sebanyak 124 saham menguat, 250 melemah, dan 167 lainnya flat.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 520,7 miliar di pasar reguler hari ini dari total nilai transaksi harian sebesar Rp 3,7 triliun. Pelemahan terjadi di tengah rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berlangsung hari ini dan besok.

Bank sentral nasional tersebut diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya. Tekanan yang dialami rupiah sejak awal kuartal III-2020 membuat MH Thamrin agak sulit menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate, meski perekonomian Indonesia tengah di bibir jurang resesi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan bakal tetap bertahan di 4% dalam RDG bulan ini. Hal ini membuat pelaku pasar bertaruh bahwa pemulihan ekonomi bakal kian panjang karena otoritas moneter tak memberikan insentif tambahan.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot dengan BB yang masih melebar namun cenderung menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.089. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.044.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 44, yang menunjukkan belum adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual alias netral.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, maka pergerakan selanjutnya cenderung sideways atau terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang berada di area netral.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular