
Koreksi Dalam, IHSG Sulit Bangkit di Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan sesi pertama Selasa (15/9/2020), menyusul kontraksi impor yang lebih buruk dari perkiraan pasar.
IHSG pada sesi pertama berakhir melemah 1,3% atau 65,1 poin ke 5.096,685, atau berbalik dari posisi pembukaan yang naik 0,1% di 5.169,24. Sebanyak 102 saham menguat, 296 menurun, dan 138 lainnya flat.
Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 438,2 miliar di pasar reguler hari ini dari total nilai transaksi hari ini yang mencapai Rp 4,3 triliun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka impor Indonesia pada Agustus 2020 senilai US$ 10,74 miliar atau turun 24,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Penurunan impor mengindikasikan bahwa permintaan bahan baku dan barang modal untuk keperluan manufaktur di dalam negeri masih melemah, mengingat lebih dari 80% impor nasional merupakan impor barang non-konsumtif.
Kontraksi impor tersebut lebih buruk dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia di mana impor diperkirakan turun 18,8% (YoY). Konsensus pasar versi Reuters memperkirakan kontraksi sebesar 20,6% (YoY).
Analisis Teknikal
![]() IHSG Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas, dengan BB yang masih lebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terbatas atau sideways.
Untuk merubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.124. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.083.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 50, yang menunjukkan belum ada indikator jenuh jual ataupun jenuh beli.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, maka pergerakan selanjutnya cenderung sideways atau bergerak menyamping. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang masih berada di angka netral.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000