
Laju Bursa Asia Variatif, tapi IHSG Babak Belur Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pergerakan bursa Asia cenderung bergerak variatif pada pukul 11:00 WIB, Selasa ini (15/9/2020). Indeks acuan dari Negeri Tirai Bambu langsung merespons setelah rilis beberapa data ekonomi China yang membaik pada pagi hari ini.
Hingga pukul 11:00 WIB, indeks Negeri Sakura, Nikkei melemah 0,60%, Hang Seng Index Hong Kong naik 0,48%, indeks Shanghai China menguat 0,28%, STI Singapura terapresiasi 0,7% dan Kospi Korea Selatan terpantau naik 0,62%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11:00 WIB juga melemah 1,17% ke level 5.101,67 setelah sempat dibuka menguat 0,14% pada pagi hari ini di level 5.169,24.
Data perdagangan mencatat, asing keluar Rp 415 miliar di pasar reguler pagi ini, di mana ada 105 saham naik, 299 saham ambles, dan 132 saham stagnan di BEI.
Dari China, data produksi industri pada Agustus secara year-on-year (YoY) Negeri Tirai Bambu tersebut tercatat di angka 5,6%, meningkat dari bulan Juli di angka 4,8%.
Sedangkan, data penjualan ritel China juga mencatatkan kenaikan 0,5% pada Agustus, naik 0,4 poin dari Juli sebesar 0,1%.
Lalu data investasi aset tetap China juga membaik pada Agustus walaupun pertumbuhannya masih minus. Tercatat investasi aset tetap China Agustus naik menjadi minus 0,3% dari sebelumnya bulan Juli, yakni minus 0,4%.
Terakhir dari data tingkat pengangguran di China juga relatif menurun menjadi 5,6% dari sebelumnya 5,7%.
Sedangkan dari dalam negeri, rilis data ekspor-impor pada Agustus yang akan dirilis, di mana perkiraan pertumbuhan ekspor Indonesia masih berada di angka minus, yakni minus 5,79%. Kemudian pertumbuhan impor Agustus diperkirakan tumbuh minus 20,58%.
Hasilnya, impor Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada Agustus 2020. Ini. membuat neraca perdagangan mencatat surplus, karena ekspor lebih tinggi ketimbang impor.
Pada Selasa (15/8/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka impor Indonesia pada Agustus 2020 sebesar US$ 10,74 miliar. Turun 24,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor mengalami kontraksi 18,78% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters memperkirakan kontraksi yang lebih dalam yaitu mencapai 20,58% YoY.
Sentimen lainnya yang membuat Bursa Asia bergerak bervariatif adalah babak baru dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Sebelumnya pada Senin (14/9/2020) kemarin, AS mengumumkan memblokir berbagai produk China yang dibuat oleh "pekerja paksa" di wilayah Xinjiang. AS meyakini produk berasal dari pusat "kejuruan" yang merupakan "kamp penampungan" kaum minoritas muslim Uighur.
Barang-barang yang diblokir tersebut termasuk kapas, garmen, produk rambut dan elektronik yang berasal dari lima pabrik tertentu di wilayah Xinjiang dan Anhui.
Selain pemblokiran, AS juga mengumumkan tindakan menahan perintah pelepasan (WRO). Langkah ini memungkinkan Badan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai (CBP) untuk menyita produk dari perusahaan dan organisasi yang masuk daftar hitam.
Langkah AS mengumumkan pemblokiran ini terjadi setelah sebelumnya AS menjatuhkan serangkaian hukuman pada China terkait masalah dugaan penganiayaan satu juta anggota minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Dari Bursa AS, Wall Street, ditutup menghijau pada perdagangan Senin (14/9/2020) waktu setempat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 327,69 poin atau 1,18% menjadi 27.993,33. Sementara S&P 500 naik 42,57 poin atau 1,27%, menjadi 3.383,54, dan Nasdaq Composite bertambah 203,11 poin, atau 1,87%, menjadi 11.056,65.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
