
64 Tahun Absen, Kenapa Warren Buffett Beli Saham IPO Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Warren Buffett, investor miliarder yang mengendalikan sebagian besar portofolio saham perusahaan investasi Berkshire Hathaway diketahui menghindari membeli saham-saham perdana alias initial public offering (IPO).
Kali terakhir Buffett belanja saham perdana itu terjadi pada 1956 ketika Ford Motor Company tercatat di bursa saham AS.
Saat itu, Goldman Sachs menjadi penjamin emisi IPO Ford Motor senilai US$ 657 juta pada tahun 1956, dan menjadi penawaran saham biasa terbesar di AS kala itu sebagaimana ditulis dalam situs resmi Goldman.
Ketika Ford IPO, Buffett membeli 100 saham Ford, tapi sejak saat itu belum terdengar lagi kabar orang terkaya nomor 4 dunia dengan kekayaan bersih US$ 82,3 miliar (Rp 1.209 triliun, kurs Rp 14.700/US$) ini membeli saham-saham IPO lagi.
Namun, kabar mengejutkan datang ketika Buffett ternyata kepincut saham perdana lagi setelah 64 tahun berlalu.
Menurut pengajuan Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa AS, yang dikutip Fool.com, CNBC, dan Business Insider, Berkshire Hathaway telah setuju untuk membeli US$ 250 juta saham Snowflake berapa pun level harga IPO yang akan ditetapkan.
Nilai pembelian itu setara dengan Rp 3,68 triliun. Snowflake akan tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham SNOW pada 16 September mendatang.
Selain Berkshire, raksasa teknologi komputasi awan, Salesforce.com (kode saham CRM di Bursa NYSE) juga setuju untuk membeli saham Snowflake dalam jumlah yang sama. Transaksi itu akan dilakukan dalam mekanisme penyertaan saham secara terbatas atau private placement.
Tak hanya senilai US$ 250 juta, Berkshire juga akan membeli 4,04 juta saham lagi dari pemegang saham Snowflake saat ini. Berdasarkan titik tengah kisaran harga IPO yang diharapkan yakni di level US$ 80/saham (Rp 1,18 juta/saham), ini berarti Berkshire pada akhirnya akan berinvestasi lebih dari US$ 550 juta atau Rp 8,09 triliun, yang berarti sekitar 2,5% dari saham perusahaan penyimpanan data tersebut.
Snowflake adalah perusahaan teknologi yang produk utamanya adalah solusi data berbasis komputasi awan atau cloud.
Pendapatan perusahaan untuk paruh pertama tahun 2020 meningkat lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu, begitu pula dengan jumlah pelanggannya.
Snowflake melaporkan pendapatan perusahaan mencapai US$ 242 juta untuk 6 bulan yang berakhir pada 31 Juli 2020, atau naik 133% dari pendapatannya selama periode yang sama pada 2019.
Tapi Snowflake masih mencatat rugi bersih sebesar US$ 171 juta untuk periode yang sama, sedikit turun dari rugi US$ 177 juta selama periode yang sama pada tahun 2019.
Dengan level harga IPO itu, Snowflake akan memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 22,3 miliar atau Rp 328 triliun, berdasarkan jumlah saham beredar dalam prospektus perusahaan.
Nilai kapitalisasi pasar itu naik hampir US$ 10 miliar sejak Februari, ketika Salesforce memimpin putaran pembiayaan ke Snowflake senilai US$ 12,4 miliar.
Langkah Salesforce masuk ke Snowflake tidak terlalu mengejutkan, karena perusahaan telah berinvestasi di banyak perusahaan perangkat lunak cloud dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Zoom, Twilio, dan Dropbox. Investor sering menjual saham-saham ini setelah go public.
Tetapi investasi Berkshire tidak lazim bagi perusahaan, karena Warren Buffett dikenal adalah seorang investor bertipe value investing (investor nilai) yang biasanya menyimpang saham tertentu dalam posisi jangka panjang.
Snowflake saat ini didukung oleh sejumlah investor termasuk Sequoia Capital dan Dragoneer Investment Group.
Belum dijelaskan alasan masuknya Berkshire ke saham perdana Snowflake, tapi investasi Berkshire di saham teknologi ini dinilai bisa mengikuti kesuksesan investasi Berkshire sebelumnya di saham StoneCo.
Sebelumnya, Berkshire pernah sukses berinvestasi di StoneCo melalui mekanisme yang sama, yakni IPO, lebih tepatnya membeli setelah perusahaan fintech asal Brasil tersebut IPO.
StoneCO IPO pada 25 Oktober 2018 di Nasdaq, sementara Berkshire membeli saham tersebut pada 29 Oktober 2018.
Berkshire menggelontorkan dana US$ 340 juta untuk membeli 14,2 juta saham pada harga saat itu, yakni US$ 24/saham dengan kepemilikannya di perusahaan sebesar 11,3%.
Harga saham StoneCo langsung meningkat dua kali lipatnya, lebih dari US$ 50/saham setelah Berkshire menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Setelah IPO, perusahaan fintech dari Brazil tersebut akhirnya berhasil mencetak laba pada tahun 2019, meningkat hampir tiga kali lipatnya dari laba tahun 2017, yakni sebesar US$ 147 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang RUPSLB, Ini Pesan Buffett untuk Para Investor
