Demi Vaksin, Erick Thohir Pepet AstraZeneca, CanSino & Pfizer

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 September 2020 13:57
Menteri BUMN Erick Thohir (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Menteri BUMN Erick Thohir (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Erick Thohir mengungkapkan terus melakukan pendekatan dengan pabrikan farmasi global dalam rangka pembuatan vaksin virus corona.

"Saya hanya akan menambahkan untuk vaksin saja. Yang seperti tadi dilaporkan ke Pak Presiden [Jokowi] bahwa selain kita terus melakukan pendekatan dengan AstraZeneca, CanSino, Pfizer," katanya didampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers, Senin ini (14/9/2020).

Dia mengatakan selain mendekati tiga farmasi global itu, pemerintah juga terus melakukan kerja sama dengan CEPI (Coalition for Epidemic Prepareness Inovation) dan GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization).

Sejumlah kerja sama ini dalam rangka pemerintah ingin memastikan kebutuhan vaksin untuk rakyat Indonesia yang sudah diputuskan yakni dua macam, yakni bantuan vaksin pemerintah dan program vaksin mandiri.

"Untuk program individu, yang dianggap mampu harus membeli [vaksin]. Ini menjadi bagian yang diutamakan dalam periode beberapa bulan ke depan untuk vaksinisasi," jelas Erick.

Erick sebelumnya menegaskan bahwa upaya pendekatan dengan berbagai lembaga dan farmasi global ini karena jumlah vaksin yang dipesan dirasa belum mencukupi kebutuhan untuk melakukan vaksinasi massal masyarakat Indonesia.

Proses vaksinasi diperlukan dua kali suntikan untuk setiap individu sehingga dari jumlah pemesanan sebelumnya, baru hanya memenuhi kebutuhan vaksinasi terhadap 170 juta orang.

Oleh karenanya, Pemerintah menjajaki dengan CEPI, badan kesehatan dunia (WHO), Unicef, serta perusahaan-perusahaan farmasi multinasional lainnya.

"Semua dijajaki. Kalau sampai 70 persen bisa tercover, kita harapkan di 2022 atau bahkan 2021, 30 persen bisa didapatkan," ungkap Erick.

AstraZeneca PLC adalah perusahaan farmasi asal Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange.

Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca Pascal Soriot sebelumnya mengatakan ada empat negara yang melakukan negosiasi pembelian vaksin produksi perseroan yakni Jepang, Rusia, Brasil, dan China.

Bahkan keempat negara tersebut diketahui sudah sepakat membayar setoran awal sebesar 750 juta euro atau US$ 843,2 juta (setara Rp 12 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk 300 juta dosis vaksin potensial yang diproduksi AstraZeneca guna mengobati Covid-19.

Hal ini diungkapkan Kementerian Kesehatan Italia sebagaimana dilansir Reuters, Senin (15/6/2020). Kantor berita Italia juga melaporkan negara-negara itu akan memiliki opsi untuk membeli 100 juta dosis vaksin lanjutan.

Badan kesehatan Inggris, Medicines Health Regulatory Authority, juga menyatakan uji klinis terhadap vaksin Covid-19 AstraZeneca aman dilanjutkan kembali setelah sempat terhenti karena masalah keamanan.

AstraZeneca sempat menghentikan uji coba awal pekan ini karena potensi penyakit yang tidak dapat dijelaskan.

"Perusahaan akan terus bekerja dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia dan dipandu kapan uji klinis lain dapat dilanjutkan untuk menyediakan vaksin secara luas, adil dan tanpa keuntungan selama pandemi ini," kata AstraZeneca dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC International, Minggu (13/09/2020).

Vaksin virus corona potensial AstraZeneca, yang disebut AZD1222, adalah salah satu pelopor dalam perlombaan menuju vaksin yang aman dan efektif yang dapat mengurangi pandemi global.

Perusahaan meluncurkan uji coba tahap akhir pada akhir Agustus.

Ini adalah salah satu dari setidaknya tiga kandidat vaksin, bersama dengan Pfizer dan Moderna, yang memasuki uji coba tahap akhir.

Adapun CanSino Biologics adalah farmasi asal China yang tercatat di Bursa saham Hong Kong. Bersama pengembang vaksin China National Biotec Group Co, milik negara, CanSino juga sudah melakukan uji coba dan menekankan keamanan suntikan mereka sendiri. CNBC melaporkan CanSino, yang menggunakan teknik pembuatan vaksin yang mirip dengan AstraZeneca.

Adapun pada Kamis (20/08/2020), Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang tercatat di NYSE, juga melaporkan data dari uji coba tahap awal dari vaksin BNT162b2 yang menunjukkan vaksin tersebut mengindukasi kekebalan yang serupa dan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan data sebelumnya dari kandidat lain.

Adapun vaksin Pfizer nantinya akan dijual seharga US$20 (Rp 292.000) per dosis, seperti dilaporkan The Wall Street Journal. Bila butuh dua dosis per orang maka biayanya menjadi Rp 584.000.

Erick sebelumnya melaporkan bahwa PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga telah menggandeng perusahaan asal UEA, Grup 42 (G42) dan akan memperoleh 10 juta dosis vaksin pada akhir 2020, kemudian ditambah lagi sebanyak 50 juta dosis yang akan diterima Indonesia pada akhir kuartal I-2021.

Hal tersebut diungkapkan oleh Erick ketika menemui Wakil Presiden KH Maruf Amin pada Jumat (11/9). Selain vaksin dari UEA, Erick mengatakan Indonesia akan mendapat 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada akhir tahun 2020 dan 300 juta dosis untuk 2021.

Erick menyampaikan vaksin tersebut merupakan hasil kerja sama beberapa BUMN farmasi dengan lembaga dan instansi farmasi mancanegara seperti PT Bio Farma (Persero) dengan Sinovac Biotech yang berasal dari Cina.

Sinovac sendiri sudah berkomitmen menyediakan 20 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini apabila proses uji klinis tahap 3 berjalan lancar. Sedangkan untuk tahun depan, akan diproduksi hingga 250 juta dosis untuk Indonesia.

"InsyaAllah, akhir tahun ini ada 30 juta (vaksin) dan tahun depan ada 300 juta. Tetapi sebagai catatan, dari total kita dapatkan 330 juta mungkin 340 juta," ucap Erick.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kejar Stok Vaksin, Erick Dekati AstraZeneca, CanSino & Pfizer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular