
Duh.. Semua Saham LQ45 Bonyok Nih! Kecuali 8 Saham Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis kemarin (10/9/20) 'hancur-hancuran', setelah terkapar di zona merah, ambles 5,01% ke level 4.891,46. Indeks acuan utama di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini bahkan sempat melorot ke level terendah harian 4.878.
Pada sesi I, IHSG juga sempat dihentikan sementara atau trading halt 30 menit oleh bursa karena anjlok lebih dari 5%.
Anjloknya bursa saham terjadi seiring dengan respons negatif pelaku pasar atas rencana Pemprov DKI memberlakuan kembali PSBB total lantaran kasus Covid-19 di Ibu Kota mengkhawatirkan.
Keputusan Pemprov DKI Jakarta tersebut menghapus kenaikan IHSG selama 3 bulan terakhir. Kinerja IHSG selama 3 bulan terakhir terkoreksi 1,14%. Dalam sebulan terakhir perdagangan secara akumulatif hingga Kamis, IHSG juga mencetak return minus 5,16%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 668 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 10,2 triliun pada perdagangan kemarin.
Saham yang paling banyak dilego asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 396 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 199 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan beli bersih sebesar Rp 45 miliar dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan net buy sebesar Rp 29 miliar.
Kejatuhan ini pun berlaku bagi saham-saham di Indeks LQ45, yang berisi 45 saham paling likuid di BEI dengan fundamental baik. Dalam sehari kemarin, semua saham di LQ45 anjlok.
Akan tetapi jika dihitung secara bulanan, 30 hari terakhir perdagangan hingga Kamis kemarin (termasuk pekan terakhir Agustus lalu), ternyata dari 45 saham, 8 di antaranya masih bisa mencatatkan cuan bagi investor.
8 Saham LQ45 yang Tetap Menguat 1 Bulan Terakhir
1. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Pada perdagangan Kamis kemarin, saham emiten properti ini memang ditutup melemah 6,5% menjadi Rp 575% di tengah sentimen negatif PSBB DKI Jakarta. Dalam sebulan terakhir perdagangan secara akumulatif saham pengelola Summarecon Bekasi, Serpong, dan Kelapa Gading ini minus 9,45%. Namun dalam sebulan terakhir perdagangan, saham SMRA berhasil memimpin penguatan saham-saham LQ45, sahamnya melesat 9.52%.
2. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
Saham induk bisnis properti Grup Ciputra ini ditutup minus 6,34% di level Rp 665/saham, tampaknya juga terpengaruh dengan rencana kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan yang menghantam sebagian besar saham-saham di BEI. Meski demikian, saham CTRA masih bisa cuan sebesar 4,72% dalam sebulan terakhir perdagangan hingga Kamis kemarin.
3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Saham induk produsen Indomie ini dalam beberapa waktu lalu sempat fluktuatif lantaran akuisisi yang dilakukan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) atas perusahaan afiliasi yakni Pinehill dengan nilai jumbo sekitar Rp 40 triliun. Pada perdagangan Kamis kemarin, saham INDF ditutup minus 4,29% di level Rp 7.250/saham. Tapi dalam sebulan terakhir perdagangan saham emiten Grup Salim ini naik 3,94%.
4. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
Saham-saham emiten tekstil sebetulnya sangat tertekan dengan kebijakan PSBB, lantaran proses produksi pun terganggu. Kamis kemarin, saham produsen tekstil asal Sukoharjo Solo ini ditutup minus 6,6% di level Rp 198/saham. Tapi dalam sebulan terakhir perdagangan, saham emiten milik keluarga almarhum Haji Mohammad (HM) Lukminto ini menguat 3,13%.
5. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Saham bank pelat merah yang fokus pada kredit usaha rakyat (KUR) ini ditutup turun 6,74% di posisi Rp 3.180/saham. Saham-saham bank papan atas berkapitalisasi besar, pada perdagangan Kamis kemarin memang kompak melorot tajam, membuat indeks jatuh cukup parah. Namun dalam sebulan terakhir, ternyata saham BBRI masih untung tipis 1,6%.
6. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
Saham bank pelat merah ini juga ditutup turun 6,87% di level Rp 4.680/saham, bersamaan dengan kejatuhan saham bank-bank BUKU IV (bank umum kelompok usaha dengan modal inti di atas Rp 30 triliun). Saham bank yang dipimpin oleh Royke Tumilaar, direktur utama baru jebolan Bank Mandiri ini mampu menguat 1,3% dalam sebulan terakhir perdagangan.
7. PT Japfa Tbk (JPFA)
Saham emiten poultry dan pakan ternak ini ditutup turun 6,99% di level Rp 1.065/saham. Dalam sepekan terakhir saham emiten yang baru mengakuisisi 100% saham So Food Food Rp 1,2 triliun ini turun 9,75%. Tapi dalam sebulan terakhir perdagangan saham JPFA masih menguat 0,95%.
8. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Saham emiten tambang mineral termasuk nikel ini ditutup minus 3,18% di posisi Rp 3.650/saham. Meski demikian, saham emiten yang masuk Grup Inalum (MIND ID), holding BUMN pertambangan, milik pemerintah ini pun bisa naik tipis 0,27% di saat semua saham indeks LQ45 melorot.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rapor LQ45 Sepekan: Ini Dia 5 Saham Terbaik Saat IHSG Jeblok!