
Saham Teknologi Dibuang, Wall Street Berpeluang Dibuka Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (8/9/2020) ambruk, menyusul koreksi saham-saham teknologi yang mengalami aksi jual terburuk lima bulan terakhir pada pekan lalu.
Kontrak futures indeks Nasdaq, yang berisikan saham-saham unggulan sektor teknologi, anjlok 2,2%. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average juga melemah, masing-masing sebesar 0,8% dan 0,2%.
Saham Tesla merosot 10% pada Jumat pekan lalu setelah gagal masuk menjadi konstituen indeks S&P 500, padahal para investor berharap saham tersebut bisa lolos menjadi bagian dari indeks tersebut dan menopang reli yang terbentuk sepanjang tahun ini.
Pada Jumat, saham sektor teknologi ambrol hingga indeks Nasdaq terpangkas 3,3% dan menghadapi pekan terburuk sejak 20 Maret. Indeks Dow Jones dan S&P 500 juga anjlok, masing-masing sebesar 1,8% dan 2,3% menjadi koreksi terbesar sejak Juni.
Saham Nasdaq lain terpukul keras pada sesi pra-pembukaan hari ini di antaranya Facebook, Zoom, Microsoft, Amazon, Netflix, dan Alphabet (induk usaha Google) yang melemah masing-masing sebesar 3%. Saham Apple anjlok lebih dari 4%, dan Nvidia turun 5%.
Kebanyakan pelaku pasar mulai menilai bahwa lonjakan harga saham sektor teknologi mulai membawa valuasi saham menjadi terlalu tinggi. Bahkan setelah koreksi akhir pekan lalu, indeks Nasdaq masih terhitung naik 70% dari posisi terendahnya tahun ini pada Maret.
"Kami percaya perlu lebih dari sekadar koreksi menengah di tengah kondisi demikian... Oleh karenanya, kami masih percaya bakal ada koreksi, mungkin lebih dari 10%," tutur Matt Maley, Kepala Perencana Pasar Miller Tabak, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.
Sebaliknya, saham Disney, UPS dan Ford menguat pada sesi pra pembukaan di tengah kabar emiten farmasi Drugmaker menjanjikan aspek keselamatan sebagai prioritas utama pengembangan vaksin corona.
Koreksi saham sektor teknologi dibarengi dengan penguatan saham siklikal yang dinilai bakal mendapat keuntungan terbesar dari pemulihan ekonomi. Sektor material dan keuangan pun menjadi indeks sektoral dengan reli tertinggi pekan lalu, masing-masing sebesar 2,3% dan 0,9%.
Di tengah situasi demikian, indeks volatilitas Cboe, yang menjadi indeks ketakutan pasar menyentuh level tertinggi sejak 15 Juni, sebesar 38,28 pada Jumat. Hari ini, indeks tersebut berada di level 33.
Sentimen geopolitik juga memperburuk psikologi pasar, setelah Presiden AS Donald Trump pada Senin kembali mengutarakan rencananya memutus perekonomiannya dari China. Beijing merasa dirundung oleh Washington setelah merilis gerakan keamanan data global, yang menyerukan perusahaan global meninggalkan perusahaan-perusahaan teknologi China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Menguat Lagi Jelang Rilis Tenaga Kerja AS