
Tunggu Rilis PDB Zona Euro, Bursa Eropa Zig Zag di Sesi Awal

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa bergerak zig-zag pada sesi awal perdagangan Selasa (8/9/2020), di tengah penantian data ekonomi zona euro dan upaya pasar memantau arah pergerakan saham sektor teknologi.
Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa, melemah 0,3% pada sesi pembukaan. Indeks saham sektor teknologi menjadi pemberat dengan anjlok 1,2% sedangkan saham telekomunikasi menguat 0,3%.
Setengah jam kemudian, reli Stoxx 600 berlanjut menjadi 1,4 poin (-0,4%) ke 366,6. Indeks DAX Jerman turun 29,1 poin (-0,2%) ke 13.071,16 dan CAC Prancis tumbuh 22,7 poin (-0,45%) ke 5.031,07. Di sisi lain, indeks FTSE Inggris naik 14 poin (+0,2%) ke 5.951,39.
Pasar memantau rilis Produk Domestik Bruto (PDB) zona euro yang bakal dirilis pada pukul 10:00 WIB. Pasar mengestimasikan pertumbuhan ekonomi Benua Biru bakal terkontraksi 15% pada April dan Juni. Angka tenaga kerja kuartal kedua menyusul setelah itu.
Bursa Eropa bergerak menyamping dari Asia Pasifik, di mana bursa Australia, Korea Selatan dan Jepang menguat meski Jepang mengumumkan kontraksi PDB sebesar 28,1%. Sementara itu, bursa China dan Hong Kong cenderung melemah.
Kontrak berjangka indeks bursa AS cenderung menguat karena Wall Street berpeluang pulih dari koreksi terburuknya dalam lima minggu, didorong oleh saham Amazon, Apple, Microsoft dan Facebook.
Tensi antara Washington dan Beijing masih menjadi pantauan setelah Presiden AS Donald Trump pada Senin kembali mengutarakan rencananya untuk memutus perekonomiannya dari China.
Di Eropa, Inggris berencana mempercepat persiapan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan jika pembicaraan mengenai itu tidak membuahkan hasil pada pekan ini.
Financial Times melaporkan bahwa Perdana Menteri Boris Johnson berencana melewatkan beberapa poin Persetujuan Pengunduran Inggris yang diteken pada Januari, padahal Uni Eropa mengingatkan bahwa tak akan ada kesepakatan jika hal itu tak dipenuhi.
Virus corona juga menjadi perhatian setelah Inggris melaporkan ada 3.000 kasus baru pada Minggu dan Senin, sehingga pemerintah Inggris kini kian mencemaskan situasi serius tersebut.
Pasar juga memantau rencana induk British Airways IAG mengelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa, yang berujung pada pergantian bos baru di maskapai yang tengah berdarah-darah tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lawan Gravitasi akibat Corona Delta, Bursa Eropa Melesat