Harga Minyak Padahal Ambles, kok Harga CPO Malah Naik?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 September 2020 11:28
FILE PHOTO: A truck carrying oil palm fruits passes through Felda Sahabat plantation in Lahad Datu in Malaysia's state of Sabah on Borneo island, February 20, 2013. REUTERS/Bazuki Muhammad/File Photo
Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal pekan ini Senin (7/9/2020), harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bergerak volatil. Setelah sempat terkoreksi mengikuti harga minyak mentah, harga CPO kemudian berbalik arah.

Pada 10.28 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 10 ringgit atau 0,35% ke RM 2.845/ton. Sebelumnya harga CPO sempat turun 9 ringgit ke RM 2.826/ton.

Pelemahan harga CPO tak terlepas dari anjloknya harga minyak mentah di pasar. Harga minyak berjangka Brent dan WTI sempat ambles US$ 1/barel akibat Saudi Aramco yang mendiskon harga minyak ekspornya bulan Oktober untuk pasar Asia Pasifik.

Harga minyak turut menjadi sentimen penggerak harga CPO lantaran minyak nabati ini merupakan bahan baku biodiesel yang menjadi substitusi bahan bakar minyak. Harga minyak yang ambrol membuat penggunaan CPO untuk biodiesel menjadi kurang ekonomis dan kompetitif.

Di sisi lain penurunan harga CPO sejatinya juga mencerminkan bahwa permintaan sedang lemah tetapi produksi meningkat. Alhasil stok pun ikut naik. Ekspor Malaysia yang telah naik dalam enam bulan terakhir diperkirakan turun 14% pada Agustus dari Juli menjadi 1,53 juta ton.

Mengacu pada data yang dirilis oleh surveyor kargo  Societe Generale de Surveillance, pengiriman ke India sebagai konsumen minyak nabati terbesar di dunia, turun 27% pada Agustus dari Juli.

Di saat yang sama produksi diperkirakan naik 2% menjadi 1,84 juta ton di bulan Agustus. Kenaikan produksi memang tidak terlalu banyak lantaran cuaca kering berkepanjangan yang melanda Malaysia serta Indonesia membuat yield mengalami penurunan.

"2020 akan menjadi tahun yang mengecewakan lagi di mana produksi gagal melewati batas 20 juta ton," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, melansir Reuters.

Persediaan atau stok minyak sawit bulan Agustus di produsen terbesar kedua dunia itu diperkirakan naik 5,4% dari Juli menjadi 1,79 juta ton. Angka ini diperoleh Reuters dari survei yang dilakukannya terhadap 9 petani, trader dan juga analis.

IndikatorMedian (Juta Ton)
Produksi1.84
Ekspor1.53
Impor0.05
Stok Akhir1.79

Sumber : Reuters

Berbalik arahnya harga CPO yang terjadi di awal pekan ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya optimisme perbaikan permintaan ke depannya, mengingat adanya festival Deepwali pertengahan November serta impor China yang diperkirakan naik bulan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak Sawit RI Melorot 9% Capai 23,5 Juta Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular