
Sentimen Campur Aduk, Hati-Hati IHSG Terpuruk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2% ke 5.239,851, mengakhiri rentetan penguatan dalam 3 pekan beruntun, dan turun dari level tertinggi 6 bulan. Isu dari dalam negeri membuat IHSG tertekan sepekan lalu.
Sementara itu di awal pekan ini, Senin (7/9/2020), sentimen dari luar dan dalam negeri akan mempengaruhi bursa kebanggaan Indonesia.
Wall Street yang mengakhiri perdagangan di zona merah pada perdagangan Jumat waktu setempat tentunya mengirim sentimen negatif ke pasar Asia termasuk Indonesia.
Sentimen negatif bagi pasar finansial juga datang dari risiko eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dengan China. Pemerintah AS dilaporkan mempertimbangkan mengenakan pembatasan ekspor untuk Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), produsen semikonduktor terbesar di China.
Tetapi ada juga kemungkinan datang sentimen positif. China akan melaporkan data neraca dagang yang bisa menunjukkan bagaimana kinerja perekonomian China lebih lanjut pasca pandemi Covid-19.
Melansir data dari Trading Economics, ekspor di bulan Agustus di bulan Agustus diprediksi meningkat 7,1% year-on-year (YoY), sementara impor naik 0,1% YoY. Artinya roda perekonomian China berputar lebih kencang yang bisa menjadi sentimen positif ke pasar keuangan global.
Jika data ekspor-impor China menunjukkan peningkatan, maka pasar keuangan akan mendapat angin segar.
Sementara itu dari dalam negeri data cadangan devisa (cadev) akan menjadi perhatian. Bank Indonesia (BI) pada awal Agustus lalu melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.
Dengan cadev yang meningkat ke rekor tertinggi, BI memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah. Sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri.
Jika cadev Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi tentunya akan menjadi sentimen positif di pasar finansial.
Secara teknikal, IHSG kembali ke bawah 5.270, sehingga tekanan semakin bertambah. Indikator stochastic pada grafik 1 jam belum masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Artinya ketika oversold, IHSG punya peluang menguat, namun ketika belum mencapai oversold artinya masih ada ruang IHSG akan melemah.
Support terdekat berada di kisaran 5.200, jika dilewati IHSG berisiko melemah ke 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50% pada grafik harian, sehingga menjadi support kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Jika level 5.163 ditembus, IHSG berisiko turun lebih dalam.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara level 5.270 kini menjadi resisten terdekat, jika berhasil ditembus, IHSG berpeluang menguat ke 5.300. Resisten selanjutnya berada di kisaran 5.330.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500