Harga Batu Bara Drop, Saham Produsennya Ambles

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 September 2020 14:59
FILE PHOTO: A worker speaks as he loads coal on a truck at a depot near a coal mine from the state-owned Longmay Group on the outskirts of Jixi, in Heilongjiang province, China, October 24, 2015. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Foto: Batu Bara (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (3/9/2020). Koreksi harga saham batu bara dipicu oleh penurunan harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan ditutup melemah 1,06% ke US$ 51,15/ton.

Harga batu bara yang telah terkoreksi dalam tiga hari terakhir membuat saham-saham batu bara bertumbangan pada pagi hari ini.

Tercatat saham batubara yang di lego asing pada penutupan sesi 1 terbesar ada pada saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang terkoreksi hingga 3,85%, disusul posisi kedua oleh PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) tergerek hingga 3,75%.

Sedangkan di posisi ketiga ada di PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) tergerus 3,55% dan posisi terakhir ada di PT Indo Tambang raya Megah Tbk yang terkoreksi 2,02%

Saham

Penutupan Hari Sebelumnya

Penutupan Sesi 1 Hari Ini

Perubahan (%)

BUMI

52

50

-3,85

BOSS

80

77

-3,75

DOID

282

274

-2,84

INDY

1050

1020

-2,86

PTBA

2140

2080

-2,80

ITMG

8650

8475

-2,02

Table: Chandra Dwi Pranata              Source: RTI Bussiness

Sebelumnya, saham BUMI sempat mengalami penguatan pada Kamis lalu, tercatat BUMI ditutup menguat 4% ke level Rp 52, pencapaian yang luar biasa setelah tertidur 6 bulan lamanya.

Namun pencapaian tersebut tidak bertahan lama, BUMI kembali terkoreksi 3,85% ke level semulanya, Rp 50.

Harga batu bara terkoreksi kembali dipicu oleh anjloknya output pembangkit listrik tenaga batu bara Jepang ke level terendah lebih dari empat tahun pada bulan Mei dampak dari pandemic Covid-19.

Mengacu pada data kementerian energi yang dirilis minggu ini, output pembangkit listrik tenaga batu bara Jepang turun 11% pada tahun ini menjadi 16,8TWh pada bulan Mei, dengan konsumsi batu bara yang turun hampir 10% menjadi 6,5 juta ton.

Permintaan yang lebih lemah membuat stok batu bara menjadi 9,9 juta ton pada akhir Mei, atau naik dari 9,4 juta ton pada 12 bulan sebelumnya dan tertinggi sejak sebelum April 2016.

Dampak Covid-19 pada permintaan listrik secara keseluruhan sangat membebani konsumsi batu bara, dengan output nasional dari semua sumber turun 10% pada tahun ini menjadi 56,3TWh pada bulan Mei.

Impor batu bara Jepang, termasuk batu bara bituminus, sub-bituminus dan lignit, turun sebesar 17,7% atau 2,4 juta ton pada tahun tersebut di bulan Juli.

Impor yang lebih lemah dari pemasok terbesar Jepang, yakni Australia, telah mendorong penurunan pada bulan Juli dan tahun ini secara keseluruhan, turun sebesar 1,4 juta ton pada tahun ini di bulan Juli dan sebesar 3,2 juta ton pada bulan Januari-Juli.

Impor dari Indonesia dan Rusia naik masing-masing sebesar 1 juta ton dan 750.000 ton, pada tahun Januari-Juli karena pembeli telah berupaya untuk mendiversifikasi bauran pasokan mereka, tetapi penerimaan dari kedua negara turun pada tahun tersebut di bulan Juli, mengutip Argus Media.

Tentu saja lemahnya permintaan batu bara terutama dari negara-negara konsumen terbesarnya ini membuat harga semakin tertekan. Melihat realita ini, tak menutup kemungkinan harga kontrak futures-nya akan kembali ke US$ 50/ton.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular