Market Commentary
Saham Raksasa Batu Bara RI Masih Pada Loyo, Kapan Bangkitnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten raksasa batu bara terpantau cenderung bervariasi dengan mayoritas melemah pada perdagangan sesi I Selasa (21/3/2023), di tengah masih lesunya harga batu bara acuan dunia hingga hari ini.
Hingga pukul 09:27 WIB, dari sembilan saham raksasa batu bara di RI, lima diantaranya sudah terkoreksi, satu saham cenderung stagnan, dan tiga sisanya menguat.
Berikut pergerakan saham emiten raksasa batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Bayan Resources | BYAN | 19.125 | -1,16% |
Bukit Asam | PTBA | 3.790 | -1,04% |
Harum Energy | HRUM | 1.430 | -0,69% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.710 | -0,37% |
United Tractors | UNTR | 27.600 | -0,36% |
Indika Energy | INDY | 2.050 | 0,00% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 38.325 | 0,33% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.110 | 1,37% |
Bumi Resources | BUMI | 121 | 1,68% |
Sumber: RTI
Saham batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi yang paling besar koreksinya pada perdagangan sesi I hari ini, yakni ambles 1,16% ke posisi harga Rp 19.125/unit. Bahkan, saham BYAN menghambat penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga mencapai 4,34 indeks poin.
Selanjutnya di posisi kedua, ada saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang ambrol 1,08% ke Rp 3.790/unit.
Sementara untuk saham PT Indika Energy Tbk (INDY) cenderung stagnan di level Rp 2.050/saham.
Adapun untuk saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terpantau menguat pada pagi hari ini.
Harga batu bara dunia belum juga bangkit setelah terpuruk selama enam hari perdagangan lebih.
Pada perdagangan Senin kemarin, harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup melemah 0,57% di posisi US$ 174,05 per ton.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 12 Januari 2022 atau 14 bulan terakhir.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif harga batu bara yang sudah melemah sejak Senin pekan lalu. Dalam enam hari perdagangan terakhir, harga pasir hitam sudah ambles 9,82%.
Pelemahan harga batu bara justru terjadi di tengah banyaknya sentimen positif. Di antaranya adalah proyeksi kenaikan permintaan batu bara dari India hingga menggeliatnya industri baja di China.
Permintaan batu bara India diperkirakan meningkat tajam selama musim panas April-Juni tahun ini, karena kebutuhan listrik India selama April diperkirakan mencapai 229 giga watt (GW), di mana puncaknya akan terjadi pada 10 April 2023.
Sementara itu, BUMN produsen batu bara India Coal india (CIL) akan menyuplai 156 juta ton batu bara pada April-Juni tahun ini.
CIL memasok batu bara sebanyak 153,2 juta ton pada April-Juni 2022, melonjak 20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagai catatan, India diterjang krisis listrik pada musim panas lalu karena lonjakan penggunaan listrik untuk pendingin. Pasokan batu bara di pembangkit India bahkan sampai pada tahap krisis.
Untuk menghindari persoalan serupa, India sudah meningkatkan produksi batu bara serta meminta produsen mengimpor batu bara secepatnya.
Kabar positif lain yang seharusnya menopang batu bara datang dari China. S&P Global memperkirakan produksi baja Tiongkok diperkirakan akan meningkat.
"Produksi baja China diperkirakan akan meningkat hingga akhir Maret sejalan dengan kenaikan permintaan musiman," tulis S&P dalam laporannya Market Movers Asia.
Kenaikan aktivitas baja China akan menguntungkan batu bara kokas karena menjadi salah satu bahan materialnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Saham Raksasa Batu Bara di RI Ambles, Efek Harga Boncos?
(chd/chd)