
Jadi Bos Baru BNI, Royke Tumilaar Mau Sinergikan BNI-Mandiri

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang baru, Royke Tumilaar mengungkapkan strategi yang akan dilakukan bersama jajaran manajemen baru. Royke sebelumnya menjabat Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Dalam jumpa pers dengan awak media secara daring, Royke menyebut, salah satu strategi yang akan lebih dahulu diperkuat adalah di segmen kredit korporasi. Meski, ia masih belum membeberkan targetnya secara terperinci.
Namun, permintaan kredit korporasi, dinilai Royke masih akan terus bertumbuh. Pasalnya, saat ini Indonesia masih gencar melakukan pembangunan sejumlah proyek infrastruktur dan ini diharapkan bisa menjadi salah satu penguatan bisnis BNI ke depannya.
"Kita ingin cepat bersinergi Bank Mandiri dan BNI dan sama-sama bisa membangun Indonesia, proyek-proyek infrastruktur masih banyak yang harus dibantu Bank Mandiri dan BNI. Infrastruktur menjadi dominan juga dalam pertumbuhan kredit ke depan," kata mantan Managing Director Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management Bank Mandiri ini, Rabu (2/9/2020).
Tidak hanya itu, saja, BNI juga diharapkan bisa tumbuh menjadi Bank dengan cakupan internasional bisnis, termasuk jadi bank referral (rujukan) dan koresponden utama bagi lembaga, investor, dan bank asing.
Untuk bisa menjadi bank seperti itu, dibutuhkan aksi korporasi untuk membesarkan aset BNI, baik organik maupun anorganik, agar akselerasi menjadi bank global bisa cepat terlaksana.
"Untuk itu, kami mohon dukungan dari seluruh insan di BNI, seluruh stakeholder termasuk rekan-rekan untuk bisa mengawal kinerja kami agar dapat memenuhi harapan semua pihak, termasuk para pemegang saham," katanya.
Terpilih dalam RUPS Luar Biasa BNI pada 2 September 2020, Royke Tumilaar merupakan bankir berpengalaman yang menghabiskan 11 tahun di Bank Dagang Negara dan 21 tahun di Bank Mandiri.
Sebelumnya, bankir kelahiran tahun 1964 itu merupakan Direktur Utama Bank Mandiri (Persero) yang ditetapkan dalam RUPSLB Bank Mandiri, Senin (9/12/2019).
Secara kinerja, laba bersih BBNI turun 41,6% pada periode semester I-2020, menjadi Rp 4,46 triliun dibandingkan periode sama setahun sebelumnya yang tercatat Rp 7,63 triliun.
Manajemen BNI sebelumnya menjelaskan penurunan laba disebabkan karena ada restrukturisasi kredit serta pemburukan kualitas aset karena pendemi Covid-19.
Sementara itu, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih konsolidasi sepanjang semester I-2020 sebesar Rp 10,29 triliun, atau melorot 23,95% dari periode semester I-2019 yakni sebesar Rp 13,53 triliun.
Adapun laba bersih entitas induk yang digabung dengan kepentingan non pengendali Bank Mandiri mencapai Rp 10,55 triliun, turun 24,53% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 13,98 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Mandiri Telah Habiskan Dana Pemulihan Sri Mulyani Rp10 T