Deflasi Bikin Saham Ritel & Barang Konsumsi Loyo

Tri Putra, CNBC Indonesia
01 September 2020 16:14
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia Harga saham-saham yang bergerak di sektor ritel dan barang-barang konsumsi bergerak bervariatif setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi yang menunjukkan terjadinya deflasi sebesar 0,05% di bulan Agustus. Deflasi tersebut membuat investor enggan memborong saham dari kedu sektor tersebut.

Terlihat harga saham di sektor ritel bergerak bervariatif dengan kenaikan tertinggi dipimpin oleh PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang berhasil terbang 2,59% ke level harga Rp 1.585/unit.

Sedangkan penurunan paling dalam dipimpin oleh PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang ditutup turun 1,45% ke level Rp 1.695/unit.

Untuk sektor barang-barang konsumsi, kenaikan tertinggi dibukukan oleh PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang diperdagangankan naik 6,38% ke level harga Rp 2.500/unit.

Sedangkan koreksi paling tajam dibukukan oleh PT Kino Indonesia Tbk (KINO) dengan koreksi sebesar 0,95% ke level harga Rp 3.130/unit.

Terjadinya deflasi 0,05% sendiri merupakan kabar buruk bagi sektor ritel dan barang-barang konsumsi sebab deflasi ini menunjukkan daya beli masyarakat Indonesia yang tak kunjung pulih setelah bulan Juli lalu juga terjadi deflasi sebesar 0,10%.

Deflasi bulan Agustus ini sendiri lebih parah daripada konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi secara bulanan hanya sebesar 0,01%.

Kali terakhir deflasi terjadi dalam dua bulan berturut-turut sendiri terjadi hampir satu dekade silam yakni pada Maret-April 2011.

Komponen penurunan harga pada beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,86% menyumbang andil terbesar terhadap deflasi.

Komponen ini menjadi salah satu indikator konsumsi rumah tangga yang menjadi penyokong utama PDB Indonesia dan tentunya merupakan penggerak pendapatan saham-saham di sektor ritel dan barang-barang konsumsi.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan data inflasi Agustus 2020.Pada Selasa (1/9/2020), BPS menyebut inflasi bulan lalu adalah -0,05% secara bulanan (month-to-month/MtM) alias deflasi.

Sementara dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/YoY), terjadi inflasi 1,32%. Median konsensus CNBC Indonesia berada di 1,375%. Inflasi tahun kalender tercatat 0,93%,

"Perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus ini secara umum menunjukkan adanya penurunan ," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular