
Revenge! IHSG Terbang, Sempat Tergelincir Saat Pembukaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan pertama bulan September Selasa (1/9/20) dibuka naik 0,2% di level 5.352,38. Sempat anjlok ke zona merah, selang 12 menit IHSG terbang di zona hijau dengan kenaikan 0,75% di level 5.277,65.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 55 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 916 miliar.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 23 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 9 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan beli bersih sebesar Rp 1 miliar dan PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) dengan net buy sebesar Rp 2 miliar.
Selanjutnya bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau hijau, Hang Seng Index di Hong Kong naik0,24%, Nikkei di Jepang terapresiasi 0,17%, sedangkan Indeks STI di Singapura turun 0,52%.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Agustus 2020, di mana konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median -0,01% untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan (month-to-month/MtM).
Artinya, kita berpeluang melihat deflasi lagi. Ini merupakan deflasi yang kedua secara beruntun sepanjang tahun ini. setelah deflasi pertama pada Juli. Kemudian median inflasi inti tahunan berada di 2% yang bakal menjadi level inflasi inti terendah setidaknya sejak tahun 2009.
Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan terjadi deflasi. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV, MH Thamrin memperkirakan ada deflasi 0,04% MtM. Dengan demikian, inflasi tahunan menjadi 1,34% sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,94%.
Namun, Polling Reuters berujung pada proyeksi inflasi bulanan 0,01%, dengan inflasi tahunan 1,4% dan inflasi inti 2%. Inflasi inti tersebut melemah dibandingkan dengan bulan Juli sebesar 2,07%. Inflasi inti yang tertekan mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat masih belum pulih benar.
Baik deflasi maupun inflasi tipis, keduanya sama-sama mengindikasikan bahwa kekuatan permintaan (demand side) masyarakat belum pulih, di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi. Beberapa pelonggaran yang dilakukan oleh pemerintah justru berujung pada rekor temuan kasus Covid-19.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada perdagangan Senin (31/8/2020), menyusul aksi ambil untung pemodal. Indeks Dow Jones Industrial Average drop 223,82 poin (-0,8%) ke 28.430,05 dan S&P 500 melemah 0,2% ke 3.500,31.
Namun, demikian secara bulanan keduanya mencatatkan reli, masing-masing sebesar 7,6% dan 7%, atau menjadi kinerja bulanan per Agustus yang terbaik sejak tahun 1984 dan 1986.
Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,7% ke 11.775,46 berkat dua saham teknologi yang melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split), yakni saham Apple dan Tesla. Keduanya ditutup meroket masing-masing sebesar 3,4% dan 12,6%.
Saham-saham perbankan berguguran seperti misalnya JPMorgan Chase, Citigroup, Bank of America dan Wells Fargo dengan koreksi masing-masing mencapai 2%. Aksi jual terjadi setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melemah.
Pelemahan imbal hasil, yang mengindikasikan penguatan harga karena aksi beli pemodal atas aset pendapatan tetap tersebut, terjadi setelah Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida menegaskan bahwa suku bunga acuan tak bakal naik hanya karena angka penangguran turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000