Cuan! Harga Minyak Sawit Naik 2% Lebih Minggu Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2020 10:47
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) bergerak naik pada pekan ini. Prospek penurunan produksi membuat harga terangkat.

Sepanjang minggu ini, harga CPO melesat 2,47% secara point-to-point. Selama sebulan terakhir, harga komoditas ini naik nyaris 3%.

Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC) memperkirakan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia tahun ini turun cukup dalam. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan tenaga kerja akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Misalnya di Malaysia. Selama ini perkebunan kelapa sawit di Negeri Harimau Malaya banyak mempekerjakan buruh migran. Hampir 85% pekerja di perkebunan kelapa sawit besar di Malaysia seperti milik Sime Darby. IOI Corp, dan United Plantations berasal dari Indonesia dan Bangladesh.

Larangan perjalanan untuk meredam penyebaran virus corona membuat industri kelapa sawit Malaysia kekurangan sekitar 37.000 pekerja. "Ini adalah kali pertama kami harus mempekerjakan pekerja Malaysia," ungkap Imran, Manajer di Perkebunan Sime Darby, dalam wawancara dengan Reuters.

Pasokan tenaga kerja Malaysia sulit diharapkan karena pekerja lokal cenderung menghindari bekerja di bidang yang berkotor-kotor dan berbahaya. "Bisa saja kami merekrut lebih banyak pekerja lokal. Namun apakah mereka bisa seproduktif pekerja migran, itu tanda tanya besar," ujar Nageeb Wahab, Ketua Asosiasi Kelapa Sawit Malaysia, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Selain itu, ada pula faktor iklim basah (La Nina) yang membuat produksi CPO bisa turun. Kemudian, tekanan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga bisa membuat proses produksi terhambat.

"Tekanan yang tidak kenal lelah dari berbagai LSM untuk menghentikan penanaman kelapa sawit, ditambah dengan lambatnya penanaman baru karena penurunan harga pada 2019, menyebabkan produksi CPO Indonesia masih rendah," sebut laporan CPOC.

Potensi penurunan produksi membuat pasokan CPO di pasar dunia bakal turun. Sementara permintaan diperkirakan naik seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di berbagai negara. Akibatnya, harga terkerek ke atas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Sawit Boleh Stagnan, Tapi ke Depan Tetap Cuan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular