Harga Minyak Sawit Boleh Stagnan, Tapi ke Depan Tetap Cuan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 December 2020 13:30
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) tidak bergerak hari ini. Minimnya sentimen membuat harga komoditas andalan ekspor Indonesia ini stagnan saja.

Hari ini, Rabu (9/12/2020) pukul 12:25 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia berada di MYR 3.366/ton. Tidak berubah dibandingkan sehari sebelumnya.

Tidak seperti batu bara, harga CPO susah menguat belakangan ini. Sudah tiga hari beruntun harga CPO tidak bergerak ke utara.

Penurunan harga minyak mentah berdampak negatif terhadap harga CPO. Sebab, CPO adalah salah satu alternatif pengganti minyak mentah sebagai bahan bakar. Ketika harga si emas hitam turun alias lebih murah, maka tidak ada insentif untuk menggunakan CPO.

Namun bukan berarti harga komoditas ini tidak punya potensi untuk berbalik arah. Musim penghujan di Indonesia dan Malaysia (dua negara produsen CPO utama dunia) akan membuat pasokan berkurang sehingga harga bisa terangkat.

Survei Reuters memperkirakan produksi CPO Malaysia pada November 2020 sebanyak 1,55 juta ton, anjlok 10% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara stok diperkirakan berada di 1,54 juta ton (-2%) dan ekspor 1,4 juta ton (-16,4%). Data realisasi akan dirilis pada 10 Desember 2020.

"Stok di negara-negara tujuan ekspor sudah cukup banyak karena pembelian pada bulan-bulan sebelumnya. Ini yang membuat ekspor turun cukup dalam," kata Sathia Varqa, Co-Founder Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, seperti dikutip dari Reuters.

Jika benar harga CPO bisa naik, maka Indonesia akan sangat diuntungkan. Soalnya, CPO adalah salah satu andalan ekspor Tanah Air.

Pada Januari-Oktober 2020, nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (yang didominasi CPO) mencapai US$ 15,75 miliar. Jumlah ini setara dengan 12,6% dari total ekspor non-migas yang sebesar US$ 125 miliar, menduduki peringkat pertama.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Cuan! Harga Minyak Sawit Naik 2% Lebih Minggu Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular