
Fitch Solutions: Mata Uang Asia Mulai Stabil, Rupiah Juga?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat mata uang Asia merosot tajam melawan dolar Amerika Serikat dan mengalami gelolak di bulan Maret lalu. Rupiah juga ikut merasakan hal tersebut, pada 23 Maret lalu menyentuh Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak 1998.
Tetapi memasuki kuartal II, kinerja rupiah jauh membaik. Pada periode April hingga awal Juni, Mata Uang Garuda mampu menguat lebih dari 15%, setelahnya rupiah cenderung kembali melemah, tetapi pergerakannya smooth.
Fitch Solutions dalam rilis Asia Monthly Outlook edisi Agustus 2020 mengatakan mata uang Asia sudah menunjukkan tanda-tanda stabil setelah mengalami aksi jual akibat pandemi Covid-19.
Meski demikian, dalam catatan Fitch Solutions, rupiah masih menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua. Pelemahan sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YTD) tercatat lebih dari 5%, rupiah hanya lebih baik dari rupee Pakistan yang ambrol nyaris 8%.
![]() |
Dari semua mata uang Asia tersebut, Fitch Solutions melihat dolar Taiwan dan Won Korea Selatan akan menguat lagi di tahun ini.
Surplus transaksi berjalan Taiwan diramal akan menipis menjadi 9,3% dari produk domestic bruto (PDB) 2020 akibat resesi global yang membuat permintaan ekspor menjadi menurun. Meski demikian dolar Taiwan tetap diramal terapresiasi karena perekonomian yang relatif kuat dan suku bunga riil dan tinggi.
Sementara itu Won Korea Selatan diramal akan menguat karena pemulihan ekonomi yang mulai berjalan dengan baik, sehingga bank sentral Korea Selatan kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga lagi. Selain itu surplus current account malah diprediksi bertambah menjadi 3,9% dari PDB 2020, naik dari 3,6% di tahun 2019. Hal ini terjadi akibat surplus neraca dagang yang akan naik sebab permintaan impor sedang menurun.
Baht Thailand dikatakan menjadi mata uang yang rentan akibat komposisi ekspor terhadap perekonomian Negeri Gajah Putih sebesar 60%. Lemahnya permintaan dari luar negeri akibat resesi global berisiko menekan ekspor dan berdampak ke perekonomian.
Lantas bagaimana dengan rupiah?
Fitch Solutions tidak membahas secara khusus mengenai rupiah. Tetapi dalam proyeksinya Fitch Solutions memprediksi rupiah berada di level Rp 15.000 di akhir tahun ini, lebih lemah ketimbang konsensus bulan lalu Rp 14.520/US$.
![]() |
Bank Indonesia (BI) yang diramal akan memangkas suku bunga 1 kali lagi di sisa tahun ini akan menjadi penekan nilai tukar rupiah. Sepanjang tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%.
Fitch Solutions memprediksi suku bunga acuan BI, 7 Day Reverse Repo Rate, di akhir tahun ini sebesar 3,75%, artinya aka nada satu kali lagi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps. Pemangkasan tersebut tentunya membuat real return berinvestasi di Indonesia menjadi menurun sehingga aliran modal ke dalam negeri kemungkinan akan seret dan rupiah menjadi lemah.
Selain itu perekonomian Indonesia diprediksi mengalami kontraksi 1,27% sepanjang tahun ini, lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Juli -0,4%
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$