Dolar AS Babak Belur di Asia, Rupiah Terbaik ke Berapa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 August 2020 16:00
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/8/2020), meski nyaris sepanjang perdagangan berada di zona merah. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang merubah kebijakannya terkait inflasi akhirnya membuat dolar AS babak belur.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.650/US$. Tetapi tidak lama Mata Uang Garuda langsung masuk ke zona merah, melemah hingga 0,4% ke Rp 14.708/US$.

Kurang lebih 1 jam sebelum penutupan perdagangan, rupiah akhirnya berbalik ke zona hijau, menguat hingga 0,38% ke Rp 14.594/US$. Di akhir penutupan, rupiah berada di level Rp 14.615/US$, menguat 0,24% di pasar spot.

Nyaris semua mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS hari ini. Rupiah berada di luar 3 besar terbaik Asia hari ini. Hingga pukul 15:13 WIB, rupee India menjadi juara dengan penguatan 0,63%, disusul yen Jepang dan baht Thailand masing-masing 0,45% dan 0,42%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.

Bos The Fed, Jerome Powell, kemarin malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.

Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu".

Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi, guna membantu perekonomian yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.

Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS, yang akhirnya babak belur hari ini di Asia.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta resmi memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi Fase I di ibu kota yang berakhir Kamis (27/8/2020). Dengan demikian, PSBB Transisi Fase I akan berlaku mulai Jumat (28/8/2020) hingga 10 September 2020.

Pengumuman itu disampaikan Pemprov DKI Jakarta via akun Instagram resmi @dkijakarta seperti dikutip CNBC Indonesia, Kamis (27/8/2020) malam.
Dalam pengumumannya, Pemprov DKI Jakarta menjelaskan perpanjangan PSBB Transisi Fase I bertujuan menekan berbagai indikator epidemiologi penyebaran Covid-19. Pemprov DKI Jakarta juga mengingatkan agar masyarakat saling mengingatkan dan menjalankan ketentuan PSBB Transisi Fase I.

Seperti diketahui, PSBB transisi merupakan kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk menekan penyebaran virus corona baru penyebab Covid-19. Sebagai tindak lanjut, baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan telah merilis Peraturan Gubernur Nomor 80 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman, dan Produktif.

Dengan diperpanjangnya PSBB transisi, artinya nyaris seluruh kuartal III dilewati dengan PSBB Transisi yang semakin memperbesar risiko terjadinya resesi.
Laju pemulihan ekonomi saat PSBB menjadi lambat setelah mengalami kontraksi 5,32% year-on-year (YoY) di kuartal II-2020, sehingga risiko resesi meningkat seperti yang diramal oleh Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular