Sederet Data Buruk, tapi Dolar Singapura Tak Terpuruk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 August 2020 14:27
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dolar Singapura (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (28/8/2020) meski data-data ekonomi dari Negeri Merlion mengecewakan di pekan ini.

Pada pukul 13:10 WIB, SG$ diperdagangkan di Rp 10.740,5, dolar Singapura menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sejak awal pekan, data ekonomi yang dirilis Singapura buruk. Pada hari Senin (24/8/2020) bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kembali menunjukkan deflasi.

IHK inti dilaporkan -0,4% year-on-year (YoY) di bulan Juli, dari bulan sebelumnya -0,2% YoY. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Januari 2020 ketika -0,5% YoY.

Rilis tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economics sebesar -0,3%, dan hingga bulan Juli, IHK inti sudah negatif dalam bulan beruntun.

Deflasi yang paling parah dalam 1 dekade terakhir tersebut terjadi akibat penurunan tajam biaya listrik dan gas, serta makanan yang belum dimasak.

IHK secara keseluruhan juga dilaporkan -0,4% YoY, dan sudah deflasi dalam 4 bulan beruntun.

IHK yang masih terus menurun memberikan gambaran roda perekonomian masih berputar dengan lambat di Negeri Merlion, sehingga pemulihan ekonomi dari resesi akibat pandemi Covid-19 kemungkinan akan berlangsung lama.

Sementara itu pada hari Rabu, produksi industri Singapura dilaporkan merosot 8,4% YoY di bulan Juli, lebih tajam dari bulan sebelumnya 6,5% YoY, juga lebih buruk dari konsensus Trading Economics -5,7%.

Sementara itu jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau secara month-on-month (MoM), produksi industri mampu tumbuh 1,6%, tetapi masih jauh lebih rendah dari konsensus 6% MoM di Trading Economics.

Terbaru hari ini, indeks harga produsen dilaporkan -8,5% YoY di bulan Juli, menandai deflasi dari sisi produsen dalam 6 bulan beruntun. Padahal di bulan Januari, untuk pertama kalinya indeks harga produsen positif (0,6%) setelah negatif dalam 8 bulan beruntun.

Selain itu import price dilaporkan -7,5% YoY dan export price -7% YoY.

Meski serangkaian data dari Singapura belum menunjukkan pemulihan yang berarti dari resesi akibat pandemi Covid-19, tetapi dolar Singapura tetap mampu perkasa.

Di sisi lain, rupiah tertekan setelah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta resmi memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi Fase I di ibu kota yang berakhir Kamis (27/8/2020). Dengan demikian, PSBB Transisi Fase I akan berlaku mulai Jumat (28/8/2020) hingga 10 September 2020.

Dengan diperpanjangnya PSBB transisi, artinya nyaris seluruh kuartal III dilewati dengan PSBB Transisi yang semakin memperbesar risiko terjadinya resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular