
Muncul Doji Saat IHSG Melesat 6,68%, Masih Sanggup Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,03% di level 5.340,32. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 464 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,8 triliun.
Dari dalam negeri, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengumumkan bahwa bioskop di Jakarta akan dibuka dalam waktu dekat. Anies kini tengah menyusun regulasi terkait teknis dan aturan dalam berkegiatan di bioskop. Hal ini tentunya berdampak positif mengingat hampir semua sektor bisnis dibuka kembali.
Dari luar negeri, bursa Wall Street yang terus menguat, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa memberikan sentimen positif ke IHSG.
Begitu juga dengan kabar dari AS-China yang kembali berkomunikasi masalah perjanjian dagang.
Tetapi sebelum menguat tipis kemarin, IHSG sudah menguat dalam 11 dari 13 hari perdagangan terakhir, dengan total 6,65% serta berada di level tertinggi sejak 9 Maret. Jika ditambah dengan penguatan kemarin, totalnya menjadi 6,68%. Kinerja dan posisinya saat ini tentunya memerlukan momentum yang lebih besar untuk terus melaju.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq sekali lagi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, sehingga IHSG berpeluang kembali menguat.
Secara teknikal, belum ada level-level yang harus diperhatikan, sebab IHSG tidak banyak bergerak Rabu kemarin. Tetapi jika melihat grafik harian, IHSG membentuk pola Doji.
Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis.
Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG terus melaju naik setelah menembus level 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50% pada Selasa (11/8/2020) 2 pekan lalu. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Fib. Retracement 50% tersebut merupakan resisten yang kuat, sehingga ketika ditembus secara meyakinkan akan memberikan momentum penguatan.
Indikator Stochastic pada grafik harian sudah memasuki wilayah jenuh beli (overbought) yang bisa membebani pergerakan ke atas IHSG.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika mencapai overbought atau oversold, IHSG berisiko melemah atau punya peluang menguat.
Terkadang jika momentum sedang kuat Stochastic bisa tertahan di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama, tetapi tetap harus diperhatikan juga risiko koreksi akibat kondisi jenuh beli tersebut.
Dalam beberapa hari atau pekan ke depan, selama mampu bertahan di atas Fib. Retracement 50%, IHSG berpeluang menguat ke 5.458 yang merupakan Fib, Retracement 61,8%.
Sementara untuk pergerakan hari ini, melihat grafik 1 jam, indikator stochastic kembali masuk ke wilayah overbought. Sehingga ada risiko IHSG akan terkoreksi.
![]() Foto: Refinitiv |
Target penguatan 5.350 menjadi resisten terdekat, selama tertahan di bawahnya, IHSG berisiko terkoreksi ke 5.300. Penembusan di bawah level tersebut akan membawanya turun ke 5.260.
Sementara jika mampu menembus 5.350 secara meyakinkan, IHSG berpotensi naik ke 5.390, sebelum menuju 5.458.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000