Kapan Harga Batu Bara Rebound? Ini Petunjuk dari Bos PTBA

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
26 August 2020 20:05
Doc.PTBA
Foto: Doc.PTBA

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin optimistis setelah adanya vaksin Covid-19 permintaan batu bara bisa normal kembali seperti sebelum terjadinya pandemi ini.

Saat ini perusahaan fokus pada efisiensi di skala produksi dengan memangkas jarak angkut dari area penambangan untuk menekan biaya, dengan begitu kalaupun ada penurunan harga, margin masih tetap terjaga.

"Yang namanya di komoditas ada siklus kan pasti ada naik dan turun, sekarang masanya turun. Insyaallah akan rebound ke depannya," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/08/2020).

Dia menambahkan PTBA sebenarnya cukup aman karena memiliki kontrak bisnis jangka panjang, misalnya saja dengan PLN yang berkontribusi hampir 65%. Selain itu masih ada kontrak longterm buyer dari negara lainnya sehingga penjualan relatif masih aman.

"Tapi kalau dari sisi harga kami tidak bisa menghindari kejatuhan karena walaupun longterm kontrak tetapi harga berdasarkan kepada index," jelas Arviyan.

Meski demikian dia mengakui jika kondisinya tidak kunjung membaik, dan margin sampai negatif maka akan dilakukan pengurangan produksi 10-1% seperti yang telah ditentukan oleh Asosiasi Batu Bara. Pemangkasan dilakukan sebagai langkah terakhir untuk menahan harga jatuh semakin dalam nantinya.

"Kami akan amati, paling banyak 20% kalau memang langkah efisiensi tidak memberikan dampak terhadap antisipasi penurunan harga dan kalau margin kami menjadi negatif ya akan kurangi," katanya.

Arviyan juga mengatakan perusahaan tidak bisa selalu mengandalkan penjualan batu bara dan harus keluar dari comodity trap yang memiliki siklus tertentu. Langkah paling nyata yang dilakukan perusahaan adalah melakukan hilirisasi batu bara, misalnya dengan menjual dalam produk listrik melalui pembangkit listrik mulut tambang.

Saat yang sudah berjalan yakni PLTU dengan kapasitas 2x125 MW, dan tengah menyelesaikan untuk PLTU 2x600 MW sebagai bagian dari diversifikasi, dan terhindar dari harga komoditi yang naik turun. Selain itu perusahaan juga akan melakukan gasifikasi batu bara menjadi produk bernilai tambah seperti dimetylether (DME) untuk bahan baku LPG yang masih impor.

Selain itu perusahaan juga mengembangkan solar panel dan memanfaatkan lahan bekas tambang yang direklamasi untuk pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas besar.

"PLTU 2x125 MW sudah jalan meski kontribusinya masih di bawah 3%. Yang 2x 600 MW ini sekarang lagi konstruksi progresnya 45% dan COD 2022. Ke depannya perusahaan akan ada pendapatan selain dari batu bara. Gasifikasi akan mulai penandatangan EPC kontrak dan pembangunannya di tahun ini, kami sedang siapkan hal yang terkait bisnis dan yang lainnya," jelasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengumuman! Laba PTBA Lompat 58% Jadi Rp12 T di 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular