Jaga Laba, Bos PTBA Ungkap Strategi Efisiensi di Era Pandemi

dob, CNBC Indonesia
26 August 2020 19:23
2018, PTBA Catat Kenaikan Laba Bersih 12,23% (YOY) (CNBC indonesia TV)
Foto: 2018, PTBA Catat Kenaikan Laba Bersih 12,23% (YOY) (CNBC indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) fokus pada efisiensi di skala produksi sebagai antisipasi penurunan harga batu bara dan penurunan permintaan di masa pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan adalah memangkas jarak angkut dari area penambangan untuk menekan biaya, dengan begitu meski ada penurunan margin masih terjaga.

"Sepanjang masih ada margin kami akan terus melakukan kegiatan produksi dan saya yakin dengan struktur tambang PTBA, kami bisa membuat atau mencari lokasi yang biaya penambangannya rendah," kata Direktur Utama PT Bukit Asam Arviyan Arifin kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/08/2020).

Dia mengatakan saat ini PTBA telah berhasil menurunkan stripping ratio sekitar 20%, dan jarak angkut yang semula bisa di atas 3 km saat ini dipangkas menjadi di bawah 2 km dan kelebihan langsung ditempatkan di samping area penambangan. Secara total PTBA saat ini telah melakukan efisiensi biaya 15% dengan begitu diharapkan HPP batu bara bisa turun.

"Post utama dari bisnis batu bara adalah penambangan dan logistik, dua-duanya adalah hal utama kalau mau efisiensi," katanya.

Arviyan mengatakan saat ini penurunan permintaan berkurang terutama dari industri yang banyak berhenti beroperasi karena pandemi Covid-19, karena pemakaian listrik berkurang. Akibatnya produsen pun tidak mengekspor batu bara ke negara-negara yang melakukan lockdown sehingga permintaan berkurang, stok berlimpah, dan harga pun jauh.

Dia menegaskan selama perusahaan bisa melakukan efisiensi, maka pengurangan produksi bukanlah pilihan utama yang diambil perusahaan. Pasalnya jika mengurangi produksi dampaknya akan lebih besar karena perusahaan telah melakukan investasi alat pertambangan.

"Buat saya, perusahaan bisa melakukan efisiensi dan masih ada margin tentunya kami akan terus menyesuaikan produksi dengan rencana awal (30,3 juta ton)," katanya.

Secara penjualan menurut Arviyan, PTBA sebenarnya cukup aman karena memiliki kontrak bisnis jangka panjang, misalnya saja dengan PLN yang berkontribusi hampir 65%. Selain itu masih ada kontrak longterm buyer dari negara lainnya sehingga penjualan relatif masih aman.

"Tapi kalau dari sisi harga kami tidak bisa menghindari kejatuhan karena walaupun long term kontrak tetapi harga berdasarkan kepada index," jelas Arviyan.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengumuman! Laba PTBA Lompat 58% Jadi Rp12 T di 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular